Valentine day, yang jatuh pada tanggal 14 Februari sangat digandrungi remaja (bahkan remaja kolot juga). Di hari itu orang mencoba menunjukkan cintanya dengan saling mengirim kartu kepada anggota keluarga atau orang-orang yang dikasihi. Yang dominan ucapan sayang ini ditujukan buat sang do’i alias pacar.
Selain berkirim kartu, ada juga yang berkirim gift (hadiah), cupid (Boneka berbentuk anak kecil, kotak berhias kembang gula, gambar-gambar fantasi atau karangan bunga. Dan yang paling khas ngirim coklat berbentuk hati.
Sebagai generasi muslim yang intelek, kita harus kritis dalam melihat suatu pesoalan. First kita harus tahu dulu gimana agama memandangnya, apa sich untung ruginya secara akal?.
Yang namanya cinta adalah fitrah dan anugerah yang diberikan Allah untuk manusia. Rasulullah juga menganjurkan kita untuk memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada sesama manusia. Hanya saja, pengertian cinta dan kasih sayang yang dianjurkan Rasulullah bukan seperti perayaan hari valentine yang cenderung memfokuskan cinta pada lawan jenis dan cenderung mengumbar hawa nafsu.
Akan tetapi, kasih sayang yang esensinya lebih hakiki. Seperti kasih sayang kepada orangtua, adik, kakak, isteri atau suami, juga saudara sesama muslim. Bukan hanya itu, kita bahkan harus menyayangi hewan, tumbuh-tumbuhan, dan lingkungan.
Sekarang ini banyak kita temukan penemuan tentang definisi dan sejarah valentine itu sendiri. Dan ditemukan bahwa valentine merupakan bagian dari acara keagamaan umat nasrani. Bagi kita umat Islam, melibatkan simpati terhadap kegiatan dan perayaan agama lain dibatasi kedalamannya. Bahkan jika kita berpegang pada pedoman aqidah yang hakiki, kita harus tegas pada prinsip. Bagimu agamamu, bagiku agamaku Surat Al-kafiruun. Dan Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa meniru suatu kaum , maka ia termasuk kaum itu.”(HR. abu Daud, dan sanadnya diperkua ole Ibnu Taimiyah).
So, generasi muda muslim jelas menolak! Menolak bukan berarti memusuhi, melecehkan atau mengucilkan. Bukan. Bagaimanapun Islam menekankan toleransi antar pemeluk beragama. Hanya bukan dengan dalih toleransi kita ikut merayakan kepercayan agama lain.
Oleh : Putri Indrayani, M.Pd.I.