Melihat ibu dan ayahnya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, membuat Meylin ingin membantu. Ide yang terbesit adalah bagaimana caranya agar biaya sekolah menjadi ringan. Mulailah dia menyampaikan kepada ibunya ide untuk berjualan es di kantin sekolah. Setiap hari dia rela untuk mengangkut termos es ke sekolah dengan berjalan kaki sepanjang 1 kilometer.
Tidak hanya itu, diapun belajar dengan keras agar selalu mendapatkan rangking 3 besar di kelasnya. Meylin adalah anak yang rajin dan pandai, tidak hanya di kelas, kepandaiannya dalam olah raga pun tidak bisa dipungkiri. Selepas sekolah dasar, Meylin melanjutkan sekolah di sebuah sekolah menengah pertama negeri favorit di kecamatan dia tinggal. Selama sekolah di SMA, rangking satu dan dua hampir tidak pernah absen tertulis di raportnya. Badannya yang kurus tidak putus asa mengayuh sepeda menuju ke sekolah yang jaraknya kurang lebih 6 kilometer dari rumahnya.
Meylin pernah bercita-cita menjadi seorang insinyur, dia menuliskan impian-impian dan rencana-rencana sekolahnya kedepan, mulai dari SMA dia harus sekolah dimana, kuliah dia harus dimana, dan menikah usia berapa, semua lengkap dia pikirkan. “Meylin…” begitulah teman-temannya memanggil, ada juga yang memanggilnya Ican. Ah, apalah sebutan yang bisa diberikan untuk anak yang mempunyai wajah khas Mongolia.
Kadang ada juga yang bertanya, “kamu Cina?”. Di usia menginjak remaja, Meylin berhasil mendapatkan apa yang sudah dia rencanakan. Dia berhasil sekolah di SMA Negeri favorit di kecamatan tempat dia tinggal, dan kuliah di sebuah universitas tanpa tes dan tanpa biaya besar. Cita-cita menjadi seorang insinyur pun tercapai. Semua itu adalah hadiah dan amanah dari Allah SWT yang telah mengabulkan permintaan-permintaan dan doa-doa Meylin.
Ayah Meylin adalah seorang wiraswasta yang bekerja keras untuk mempertahankan usahanya itu walaupun pada akhirnya usaha tersebut mengalami kebangkrutan, dan ibunya adalah ibu rumah tangga yang baik dan sangat perhatian kepada anak-anaknya.
Kehidupan dengan tempaan yang keras pun selalu Meylin dapatkan dari ayah dan ibunya. Disiplin yang tinggi dan fokus akan sebuah mimpi dan harapan adalah kuncinya. Namun, semua usaha tersebut tidak akan berbuah jika tidak disertai dengan doa dan ibadah nyata. Allah…, begitu cintanya Dia kepada hamba-hambanya yang selalu berharap hanya padaNya.
…إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ…
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri ” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11).
Suatu masa dimana biaya kuliah mahal dan penuh ketidak mungkinan bagi Meylin untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, tidak membuat Meylin putus asa. Allah lah yang kemudian menunjukkan sebuah jalan tentang apa yang harus dilakukan. Alhamdulillah bisa masuk ke perguruan tinggi tanpa tes dan biaya besar. Untuk biaya kuliah sudah ditanggung oleh kampus tempat dia kuliah, dan untuk biaya kehidupan sehari-hari, Meylin mencarinya sendiri dengan bekerja. Rencana Allah luar biasa.
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوه
“Dan Dia telah Memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya.” (QS.
Ibrahim [14]: 34)
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى -٣٩- وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى -٤٠- ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاء
الْأَوْفَى
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (QS. An-Najm [53]: 39-41)
“… dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. Yusuf [12]: 87)
Oleh : Ustadzah Ika Novita Sari, S.TP