Identitas buku
- Judul : Teach Like Finland
- Penulis : Timothy D. Walker
- Penerbit : W.W. Norton & Company
- Cetakan/Tahun terbit : 1/2017
- Terdiri dari : 5 bab dan 32 sub bab
- Tebal buku : 270 halaman
Ikhtisar buku
Dalam buku ini ada 33 tips dan triks sederhana yang bisa dicoba guru-guru untuk menciptakan pengalaman mengajar yang menyenangkan. Strategi – strategi yang ada di buku adalah:
- Jadwal istirahat otak
- Belajar sambil bergerak
- Recharge sepulang sekolah
- Menyederhanakan ruang
- Menghirup udara segar
- Masuk ke alam liar
- Menjaga kedamaian
- Merekrut tim kesejahteraan
- Mengenal setiap anak
- Bermain dengan murid-murid
- Merayakan pembelajaran mereka
- Mengejar mimpi kelas
- Menghapus bullying
- Berkawan
- Mulai dengan kebebasan
- Meninggalkan batas
- Menawarkan pilihan
- Buat rencana bersama siswa anda
- Buat jadi nyata
- Tuntutan tanggung jawab
- Ajarkan hal – hal mendasar
- Gunakan buku pegangan
- Manfaatkan teknologi
- Memasukkan musik
- Menjadi pelatih
- Buktikan pembelajaran
- Mendiskusikan nilai – nilai
- Mencari flow
- Berkulit tebal
- Kolaborasi lewat kopi
- Menyambut para ahli
- Melepaskan diri untuk berlibur
- Jangan lupa bahagia
Pada kesempatan ini, saya akan mengulas beberapa strategi yang menurut saya menarik dan mungkin akan membantu memperkaya pengalaman mengajar anda. Buku ini di tulis oleh seorang guru asal Amerika bernama Timothy D. Walker, yang pindah ke Finlandia dan mulai mengajar disana. Dia memperhatikan banyak hal-hal yang membuat kelas di Finlandia berbeda dengan kelas di Amerika. Di dalam buku ini dia telah menulis 33 strategi yang menurut dia kita bisa gunakan secara mudah di dalam kelas kita.
Saat pertama kali Mr. Timothy mengajar di kelasnya dia sengaja mengajar selama 90 menit dan memberi siswa-siswanya waktu istirahat sepanjang 60 menit. Efek yang terjadi adalah siswa – siswa merasa sangat lelah dan tidak bisa fokus saat pembelajaran. Ketika dia menyisipkan waktu istirahat 15 menit di tengah jam-jam pelajaran, siswa-siswanya terlihat lebih segar dan lebih fokus saat belajar.
Mr. Timothy ingat sebuah penelitian yang di baca di sebuah buku berjudul Recess: Its Role in Education and Development, bahwa ketika anal-anak diberikan kesempatan untuk me-refresh diri, anak- anak akan lebih fokus saat pembelajaran. Sebaliknya, jika istirahat mereka ditunda-tunda atau dengan kata lain pelajarannya tetap diteruskan, mereka akan kurang fokus saat belajar.
Untuk strategi/cerita pengalaman kedua, di sekolah-sekolah Finladia kelas-kelas mereka akan terlihat sedikit gersang atau tidak banyak dekorasi dan hasil-hasil anak yang dipajang. Orang-orang Finlandia memiliki mantra “Less is more” yang artinya meminimalisasi penggunaan elemen non-fungsional. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Carnegie Mellon menemukan bahwa ruang kelas yag didekorasi dengan indah atau mempunyai dekorasi yang lumayan banyak, dapat mengalihkan perhatian siswa-siswa dari pembelajaran. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa anak-anak “lebih terganggu oleh visual lingkungan, menghabiskan lebih banyak waktu istirahat, dan menunjukkan hasil pembelajaran yang lebih kecil ketika dinding-dindingnya dihias dibandingkan ketika di hiasan-hiasan tersebut dilepas.
Menampilkan karya siswa berkualitas tinggi dapat menjadi upaya yang menyenangkan. Siswa bisa (dan seharusnya) merasa bangga dengan pekerjaan baik yang telah mereka lakukan, dan sebagai pendidik kita bisa merasa bangga dengan bagaimana kita sudah membimbing mereka. Pada saat yang sama, penelitian juga menyarankan bahwa mungkin ada yang namanya berlebihan. Mr. Timothy berkata, “Sebagai guru, menurut saya kita terkadang menjadi terlalu fokus pada cara belajar muncul. Apakah tempelan-tempelan yang terdiri dari hasil anak-anak kita akan memberi mereka pelajaran yang bermakna atau hanya untuk dekorasi saja?”
Sebuah nasihat yang paling penting dari buku ini adalah, “Don’t forget joy”, jangan lupa dengan kebahagiaan.
Setiap orang pasti mempunyai hari-hari yang sulit, mungkin anda tergoda untuk melupakan prioritas kegembiraan di kelas. Kita mungkin merasa ingin menyerah tuntutan yang tidak masuk akal dari beberapa orang tua yang suka memaksa, atau mendorong anak-anak kita untuk bekerja nonstop tanpa istirahat, atau terburu-buru tanpa merayakan pembelajaran siswa. Dan situasi ini pasti semua guru mendapatkan. Tetapi menurut Mr. Timothy, kebahagiaan itu yang mendorong dia untuk terus bekerja sebagai guru, dan dia berkomitmen – baik di Finland, di Amerika, dan di mana saja di dunia – untuk terus memprioritaskan kebahagiaan saat mengajar di kelas. Bagaimana dengan anda? Apakah anda sudah memprioritaskan kebahagiaan saat mengajar?
Oleh: Diandra Ramadhani Salindeho, S.Si.