Saat kita diberi ilmu lebih
Maka mereka yang belum mumpuni tidak serta merta menjadi yang tak mau mengerti
Bisa jadi kita saja yang belum mau memahami
Bagaimana usahanya tiap hari
Bagaimana ia menyisihkan setitik waktunya untuk terus mempelajari
Saat kita diberi kondisi finansial yang berlebih
Maka mereka yang sedang mencari rejeki belum tentu adalah ia yang sedang “Ngoyo Perduitan”
Karena bisa jadi kita saja belum mengalami
Bagaimana kondisi keluarga terdesak himpitan tagihan
Bagaimana segala upaya suami ternyata belum menutupi banyaknya pengeluaran
Bagaimana segala kecukupan ternyata mengharuskan diserahkan untuk orang tua yang masih jauh kondisi dari kemapanan
Saat kita diberi kemudahan dalam mendidik putra putri
Maka mereka yang belum mampu sebaik diri memfasilitasi tidak ujug-ujug adalah ia yang tidak mau membimbing
Bisa jadi kita saja yang terlalu terburu-buru menghakimi
Padahal kita belum tahu saja pengorbanannya
Bagaimana mereka memberikan ikhtiar semaksimal mungkin tenaga yang mereka punya
Bagaimana orang-orang ini menyerahkan waktu terbaik yang mereka bisa dalam segala keterbatasannya
Saat kita diberi banyak kemudahan-kemudahan yang ada
Semudah-mudah memiki momongan tanpa perlu menanti lama
Semudah-mudah melahirkan tanpa perlu banyak luka
Semudah-mudah meng-ASI-hi yang luber tak terkira
Semudah-mudah mencari rejeki tanpa harus mengemis
Dan berbagai kemudahan lainnya yang mungkin orang lain belum punya
Maka biarkan itu menjadi hal-hal yang perlu banyak kita syukuri
Bukan menjadi alasan agar kita saling menghakimi dan berujung memupus empati ke hati nurani.
Oleh: Devi Eka Farah Azizah, S. Pd.