Seringkali kita merencanakan segala sesuatu dengan tujuan agar kita dapat mencapai tujuan yang ingin kita raih. Tak jarang kita telah memikirkan rencana yang begitu matang namun dalam proses berjalannya kenyataan, ternyata hasil akhir yang didapat meleset jauh dari planning awal.
Untuk beberapa orang, mereka dapat menyesuaikan diri dengan hasil akhir yang ada dengan cara menyikapi secara santai dan yakin bahwasannya ada hikmah tersendiri pada hasil akhir tersebut. Sayangnya sebagian orang lain kurang mampu menerima hasil akhir yang meleset dari planning yang mereka racik sedemikian rupa.
Menyikapi hal ini, saya tertarik untuk menggugah hati para pembaca, terkhusus diri saya pribadi untuk dapat memaknai segala hal yang terjadi di luar rencana kita dengan lebih santai dan tabah untuk hari ke depan yang lebih baik.
Berawal dari mindset kita yang melakukan planning atas berbagai hal, perlahan kita terpola untuk menjadi pemikir untuk banyak hal, bahkan kepada hal kecil sekalipun. Di sinilah satu coretan warna hidup tercipta, yang kita sebut dengan “overthinking“.
Seringkali ketika seseorang berpikir, mereka cenderung merasa dirinya mendapatkan masalah. Sebuah penelitian di Inggris baru-baru ini mengemukakan bahwa lebih dari 30.000 orang saat berfikir, mereka selalu menitikberatkan pada situasi sulit yang menimbulkan perasaan tidak enak dalam diri (terutama melalui perenungan dan menyalahkan diri sendiri) serta hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan mental yang paling umum. (https://www.psychalive.org).
Pemikiran berlebihan yang kita semua alami mungkin sulit dilabeli sebagai musuh yang jahat dan asing. Kita dapat menghabiskan waktu berjam-jam mencaci maki diri sendiri tentang perincian dari hari ke hari yang tak berujung. Kita harus mampu mengidentifikasi pikiran-pikiran ini dan mengenali kapan dan bagaimana mereka terpicu. Kemudian tegarkan diri kita agar kita dapat menantang suara hati kritis kita dan benar-benar mengubah cara berpikir kita.
Ada tiga langkah penting untuk menghadapi kritik dari dalam ini:
- Perhatikan apa yang dikatakan oleh suara batin kritis anda dan kapan suara itu muncul.
- Peduli kepada pikiran kita dengan mencoba tetap tenang dan menghindari tekanan batin yang dapat memicu stress. Kepedulian ini terbukti efektif untuk menghindarkan kita dari overthinking.
- Berani menentukan mana yang perlu kita pikirkan dan mana yang tidak. Hal ini dapat membantu orang-orang untuk memilih segala sesuatu yang layak untuk dipikirkan.
Dari segi Islam, overthinking dapat dihindarkan dengan cara berpasrah diri kepada Allah SWT. Bahwasannya Qada & Qadar sudah tertulis sejak ruh kita ditiupkan ke dunia. Maka, tak bisakah kita merehatkan fikiran kita untuk bersantai sambil berpositif thinking ria? Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sesungguhnya Qada & Qadarnya adalah yg terbaik bagi kita.
Wallahualam bissawab
Oleh : Ayurada Bhetari, S.Pd.