Identitas buku
- Judul : Negeri Para Bedebah
- Penulis : Tere Liye
- Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
- Cetakan/Tahun terbit : 4/2013
- Terdiri dari : 48 Bagian/Episode
- Harga Buku : Rp 70.000 – 90.000
- Tebal Buku : 440 halaman
Ikhtisar buku
Ini merupakan novel pertama yang ‘membuka’ cakrawala berpikir saya tentang banyak hal yang terjadi di negeri kita, yang jauh dari bahasan kehidupan saya sebagai masyarakat biasa. Bahasan mengenai cara kerja banyak hal dalam bidang ekonomi dan politik yang biasanya membosankan dan tidak berfaedah apa-apa buat saya, tidak demikian adanya dengan novel ini.
Menceritakan kisah pelarian Thomas, yang berprofesi sebagai salah seorang konsultan keuangan profesional dan terkenal di ibukota, yang sedang terlibat dalam aksi kejar-kejaran dengan pihak kepolisian dan beberapa pejabat tinggi negara akibat menyembunyikan seorang buronan kelas kakap. Buronan tersebut merupakan pucuk pimpinan sebuah bank swasta bernama Bank Semesta, yang berada di ambang penutupan dan pailit akibat banyaknya pelanggaran hukum yang dilakukan. Pucuk pimpinan tersebut, tak lain tak bukan adalah paman kandung Thomas, saudara kandung satu-satunya almarhum ayahnya.
Mulanya Thomas enggan ikut campur dalam hal tersebut, mengingat betapa besar rasa bencinya kepada pamannya itu akibat kejadian di masa lalu yang amat menyakitkan. Namun, saat menyadari bahwa kasus penutupan tersebut tidak murni kasus penutupan biasa, ada terlalu banyak hal yang terasa dibuat-buat, bahkan dengan adanya keterlibatan beberapa ‘pemain lama’ yang pernah terlibat kejadian pahit di masa kecilnya, Thomas memutuskan untuk ‘ikut campur’ dan melakukan ‘serangan balik’ kepada pihak yang berusaha menghancurkannya.
Beberapa plot twist diletakkan dengan sangat baik oleh penulis. Ram, salah satu orang kepercayaan pamannya, yang bahkan sudah dididik sejak kecil, justru menjadi mata-mata yang selama ini memberikan informasi tempat persembunyian paman Thomas. Juga, tokoh yang ada di balik kasus yang menimpa rentetan kejadian jatuhnya Bank Semesta ini ternyata justru seorang teman lama ayah dan pamannya. Seseorang yang dikenalnya dengan amat baik, bahkan sangat menyupport perjuangan ayah dan pamannya dahulu di masa-masa awal mreka merintis bisnis keluarga.
Sebagaimana lazimnya novel kebanyakan, alur yang digunakan pada cerita ini menggunakan alur campuran, sehingga beberapa hal yang kadang tidak dipahami di awal justru menemukan penjelasannya seiring berjalannya cerita. Terakhir, sebagaimana disampaikan di awal, bagi saya novel ini seperti ‘pembuka tabir’ ketidaktahuan dan ketidakpahaman saya mengenai apa dan bagaimana ekonomi dan politik bekerja. Bagi masyarakat awam yang tidak banyak terlibat urusan perekonomian ataupun politik, novel ini justru seperti sedang menceritakan bagaimana sebenarnya keadaan negeri kita saat ini. Dari sini saya baru menyadari makna bahwa: dunia ini tidak se-hitam putih sebagai mana nampaknya.
Oleh : Eka Jana Walianingsih, S.TP.