Judul Buku : Malam Pertama di Alam Kubur
Penulis : Dr. A’idh Al-Qarni, M.A
Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al-uraifi
Syaikh Muhammad Husain Ya’qub
Penerbit : Aqwam
Jumlah hlmn : 136 halaman
Kematian pasti akan mendatangi setiap makhluk yang bernyawa. Kehadirannya tak bisa ditolak, meski oleh seorang penguasa yang tengah berkuasa, pun binatang buas yang tengah menerkam mangsanya. Kematian tak bisa diundur meski hitungan detik. Kematian merupakan misteri yang pasti akan menghampiri setiap makhluk yang bernyawa. Kematian mungkin datang menyergap dengan tiba-tiba. Ia mencengkeram setiap ubun-ubun yang durhaka, bahkan menerjang sang pendosa, namun akan datang dengan lembut pada sang kekasih Allah SWT.
Tak seorangpun tahu kapan kematian akan menghampirinya, ia benar-benar rahasia Sang Kuasa yang memiliki hidup dan menghidupkan. Karenanya, setiap kita sepatutnya mempersiapkan diri. Siap kapanpun dan dimanapun berada, akan tercabutnya nyawa. Dan tentu tiada pilihan selain khusnul khootimah. Yang mana untuk meraihnya harus melalui jalan yang disyari’atkan, menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
أَلَـيْسَ السَّـفِـيْنَـةُ لَا يَـجْرِيْ عَلَى اليَـبَسِ ؟bukankan perahu tidak berlayar di daratan?
Orang-orang shalih yang meyakini hakikat kematian, tidak akan bersantai menjemput kematiannya. Bukan lantaran takut akan kematiannya, namun takut bila kematian itu datang dan ia sedang dalam maksiat kepada Allah. Yang mereka takutkan adalah su’ul khotimah.
Seperti Abdullah Bin Khudzafah, yang menangis sesaat sebelum ia diceburkan ke dalam minyak yang mendidih, bukan karena rasa takutnya akan kematian, melainkan karena ia hanya memiliki satu nyawa sehingga ia akan langsung mati setelah diceburkan. Ia berharap untuk memiliki lebih dari satu nyawa sehingga semuanya ia gunakan untuk mati dijalan Allah SWT.
Amir bin Abdullah bin Zubair yang berada di ambang kematian dengan sisa-sisa nafas kehidupan, saat ia tengah meregang nyawa dan mendengar adzan. Ia bersikeras untuk dipapah menuju masjid untuk melaksanakan panggilan adzan. Dan akhirnya meninggal setelah shalat satu raka’at. Adalah Yazid Ar-Ruqasyi menangis Ketika ajal hendak menjemputnya. Ia berkata “Wahai Yazid, siapa yang akan mensholatimu Ketika kamu mati? Siapa yang mau berpuasa untukmu? Siapa yang mau memintakan ampun atas dosa-dosamu.” Setelah itu ia mengucapkan syahadat dan kemudian meninggal.
Inilah gambara sakaratul maut di kalangan ahli ibadah. Mereka menjauhi Kasur diwaktu sahur. Mereka takut terhadap suatu hari, saat hati dan pandangan dibolak-balikkan. Mereka dikubur di dalam tanah dengan diridhoi oleh Dzat yang mengetahui segala rahasia.
Ya, itulah kematian yang merupakan keniscayaan, yang orang sombong tak berdaya menghadapinya. Cerdik pandai tak kuasa mendebatnya, penipu bermuka dua tak mampu lari darinya, karena kematian adalah peristiwa yang selalu berulang. Namun manusia lupa atau pura-pura melupakannya.
Buku yang hadir di hadapan pembaca adalah kompilasi dari tiga tulisan ulama-ulama terkemuka dari Najed. Di dalamnya sarat denga tadzkirah pengingat kematian. Kita memang membutuhkan nasihat, karena hiruk pikuk dunia kadang melalaikan. Bukankah merupakan sunnatullah, bahwa keimanan seseorang itu pasang surut?, kadang bertambah dan kadang berkurang?, karenanya kita butuh dipupukan, terutama saat kondisi keimanan kita dalam kondisi kritis.
Buku ini tidak sekedar menyajikan teori-teori definitif, namun sebentuk nasihat yang naratif dengan gaya bertutur penuh bahan renungan. Dikokohkan dengan ibrah atau pelajaran dari kisah-kisah pilihan. Buku ini tidak hanya enak dibaca, namun kita akan terbawa hanyut oleh sentuhan hati para penulis.
Oleh : Putri Indrayani, M.Pd.