Di dunia ini kita diberikan hidup oleh Allah SWT. Di sinilah kita akan menjalani hidup dengan berbagai level kehidupan baik dari hidup secara individu, hidup dengan keluarga, dan hidup dengan sosial atau masyarakat. Dalam menjalani aktivitas di kehidupan kita, Allah SWT akan memberikan berbagai macam “ujian” untuk menguji seberapa besar tingkat level hidup kita. Allah SWT memberikan ujian di kehidupan kita bukan untuk menghambat aktivitas kita, melainkan untuk meningkatkan mutu/kualitas hidup kita. Karena ketika Allah SWT tidak memberikan kita ujian akan sama halnya dengan Allah SWT membiarkan kita untuk menjalani kehidupan yang monoton atau sama halnya hidup kita tidak akan naik level.
Jika kita ingin merasakan aman dan tenteram saat menghadapi ujian maka kita harus menghadapinya dengan “sabar”. Maka orang yang bisa menghadapinya dengan penuh kesabaran justru bukan kegelisahan yang dirasakan, namun sebuah kegembiraan.
Orang yang sabar, ujian merupakan hal yang positif untuknya. Maka dia akan gembira dan senang dengan ujian tersebut. Misalnya, pernahkah kita merasa senang saat kita kehilangan barang? Atau pernahkah kita merasa senang saat kita jauh dari suami kita yang terpisah lantaran karena pekerjaan suami? Mungkin kita akan mengeluh dan selalu diliputi perasaan gelisah.
Padahal ketika Allah menguji, mustahil bagi Allah untuk menguji hambanya yang tidak sanggup menjalani ujian tersebut. Hal ini sudah tertulis di Al-Qur’an sebagaimana Allah SWT berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Q.S, 2 : 286).
Allah tidak mungkin memberikan ujian di luar batas kemampuan manusia. Jika saat ini kita sedang diberikan ujian oleh Allah SWT, itu berarti kita mampu mengatasinya. Karena Allah SWT tidak mungkin menurunkan ujian kepada yang tidak mampu. Allah SWT yakin kepada kita jika kita mampu mengatasinya, lalu mengapa kita tidak yakin pada diri sendiri? Maka ketika orang itu dipercaya oleh Allah melalui ujian-Nya, maka dia akan merasa “bahagia”. Jadi, sebenarnya kita tidak perlu mengeluh.
Kita perlu mencari solusi untuk ujian itu atau permasalahan itu. Bagaimana? Tentunya menghadapinya dengan ‘’sabar”. Ketika kita sabar dalam menghadapi ujian kehidupan, seperti yang tertulis di Al-Qur’an sebagaimana Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S, 2 : 153). Mengapa orang-orang yang sabar ini merasa gembira? Karena dia mengetahui sabar itu bisa mendekatkan dia kepada Allah SWT. Ketika Allah SWT mendatangkan ujian, hal ini justru yang akan mendekatkan kita dengan Allah SWT. Maka ujian sama dengan dekat dengan Allah SWT, maka mustahil jika kita tidak senang dengan ujian. Jika kita ingin dekat dengan Allah SWT maka kita harus senang dengan masalah, karena jalan menuju Allah adalah dengan masalah.
Dengan masalah itu, pahala kita akan mengalir. Wallahu’alam bissawab. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat-Nya untuk kita semua, sehingga kita dapat menghadapi setiap ujian yang diberikan-Nya dengan perasaan bahagia. Aamiin…
Oleh: Ayurada Bhetari, S.Pd.