“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya”. (HR. Bukhari)
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menginspirasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan rencana yang diinginkan pemimpin. Beberapa karakteristik yang harus ada dalam pemimpin adalah cerdas, kuat jiwa, mengayomi, melayani, dan memiliki pandangan jauh ke depan.
Pemimpin bertanggung jawab atas setiap keputusan yang diambilnya. Jiwa kepemimpinan ini harus dimiliki setiap manusia, seperti yang disebutkan dalam Al Quran bahwa tujuan penciptaan manusia adalah sebagai hamba dan khalifah di bumi. Dalam lingkup yang terkecil, setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, tanggung jawab atas manajemen hati dan pikiran yang tercermin pada lisan, telinga, mata, tangan hingga kaki kita.
Suasana hati dan pemahaman dalam pikiran akan mengendalikann perilaku kita. Hati yang senantiasa memahami Maha Kuasa-nya Sang Maha Pencipta maka akan memahami bahwa dalam hidup ini adalah media untuk mengumpulkan kebajikan diantara banyaknya ujian, yang tidak selalu menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita.
Pemahaman yang baik dan wawasan yang luas dalam pikiran, merupakan karunia dari hasil belajar dan pengalaman. Keluasan pikiran akan mengendalikan pribadi kita untuk memandang suatu fenomena kehidupan dengan lebih bijak. Berfokus pada solusi bukan terpuruk dalam masalah.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, seringkali kita menemukan fenomena yang dipimpin menuntut pimpinan mereka karena ketidaksesuaian antara apa yang dilakukan dengan harapannya. Yang jarang disadari sebagai orang-orang yang dipimpin adalah mereka tidak memiliki keluasan pandangan dan wawasan seperti pemimpin mereka, sehingga dengan mudah menuntut dan bahkan menyalahkan.
Lingkup tugas dan tanggung jawab yang dipimpin lebih kecil dengan pimpinan mereka sehingga mereka belum tentu mampu memahami betapa berat tanggung jawab pimpinan yang harus menanggung resiko atas semua lingkup di bawah wewenangnya.
Konflik atau ketidaksesuaian pandangan jika tidak disadari sebagai karunia dan tidak mampu diambil hikmah, maka akan menjadi kesenjangan yang berakibat pada rusaknya ukhuwah. Namun, jika kita semua menyadari bahwa betapa beratnya tanggung jawab pemimpin, hendaklah kita bisa saling mendukung, saling menyadari tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab dalam masyarakat yang lebih luas sesuai dengan porsi masing-masing. Bukankah perbuatan sekecil biji sawi pun akan diminta pertanggungjawabannya?
Waallahu ‘alam bisshawab…
Oleh : Aprilia Putri Mariana Dewi, S.E.