Jalan di kampung halaman itu
Belum berbatu
Anak-anak bermain debu
Menata gunung-gunungan, garasi, dan jalan mobil-mobilan
Daun-daun kelapa bersilangan
Melangiti meneduhkan
Jalan di kampung halaman itu
Belum berbatu
Anak-anak yang kurus
Betisnya tak mulus
Menyeret kencang dunia
Dalam tangkai daun pinang
Tiada hari, kecuali gelak tawa
Tiada duka, kecuali lekas reda
Jalan di kampung halaman itu
Belum berbatu
Anak-anak menggambar tanah bersih
Pesawat besar yang terbang
Senapan yang meletus-letus
Mobil yang menderu-deru
Sampan yang berlayar
“Akulah pilot itu,” bangganya
“Pilot kalah sama polisi. Akulah polisi,” kata lainnya
“Polisi takut pada tentara. Akulah tentara.”
“Tentara takluk pada raja. Akulah raja.”
Jalan benar-benar belum berbatu
Anak-anak ramai bercita-cita
Indonesia ialah kampung halamannya saja
Penguasa ialah ibu yang menyayanginya
Sekarang
Jalan telah berbatu
Anak-anak sudah tak mampu meyeret dunia
Dengan tangkai daun pinang
Kudengar tak ada lagi gelak tawa
Dan megahnya cita-cita
Anak-anak itu
sudah lama berpencaran
Terbawa angin badai
Konon mereka terdampar
Hampir di seluruh penjuru nusantara
Bahkan sisanya
Tak berkabar di luar Indonesia
Sekarang
Jalan itu sudah berbatu
Tak satu pun kudengar
Mereka jadi polisi, tentara, pilot, atau raja
Adakah mereka sudah mengerti
Bahwa Indonesia
Hanya milik yang kaya
Atau yang berkuasa saja
Oleh : Syarif Hidayatullah, S.E.