Identitas buku
- Judul : Insecurity is my middle name
- Penulis : Alvi Syahrin
- Penerbit : Alvi Ardhi Publishing / Gramedia Utama
- Cerakan/Tahun terbit : I/2021
- Terdiri dari : 5 Bab
- Harga Buku : Rp. 93.000
- Tebal Buku : 264 halaman
Ikhtisar buku
Buku ini ditulis ole Alvi Syahrin, seorang penulis buku muda Indonesia yang sudah banyak menelurkan buku-buku tentang self healing. Insecurity is my middle name menceritakan tentang bagaimana Insecure itu menjadi sesuatu yang biasa kita alami saat ini. Rasa cemas, rasa ragu bahkan tidak percaya diri yang berlebihan menjadi hal biasa yang dialami seseorang saat ini. Namun, perlu didalami, bahwa insecurity jika terus bertumbuh pada diri seseorang akan menjadi penyakit psikologi yang bisa membahayakan si penderita insecure itu sendiri. Tidak jarang orang yang memiliki rasa cemas yang berlebihan akan dirinya ataupun sesuatu disekitarnya pada akhirnya dapat melukai dirinya sendiri bahkan mungkin dapat mengakibatkan fatal, bunuh diri.
Pada bab 1 buku ini menceritakan bagaimana kebanyakan orang seringkali insecure dengan fisiknya. Selalu tentang good looking yang menjadikan alasan kecemasan seseorang. Alvi menuliskan bahwa good looking bukanlah segalanya. “You don’t have to be beautiful. You can be talented and that’s still beautiful in some ways”. Bahkan dibuku ini selalu diselipkan potongan ayat-ayat Al Quran dan hadits. Seperti: “Sesungguhnya, Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian” (HR. Muslim No.2564)
Pada bab selanjutnya Alvi menulis bagaimana seseorang memandang masa depannya yang suram. Seseorang terkadang merasa sudah cukup mencoba melakukan yang terbaik dari dirinya. Padahal disetiap kegagalan itu ada pelajaran yang bisa dia dapatkan sehingga seseorang tersebut tidak akan pernah berhenti untuk mencoba. Seringkali seseorang berhenti mencoba hanya karena mendengarkan atau hanya ingin mencari validasi eksternal, omongan orang. Disini Alvi menegaskan bahwa kita tidak perlu validasi dari orang lain bahwa kita hidup. Tidak perlu validasi orang lain bahwa kita eksis. Tidak perlu validasi orang lain bahwa kita berkarya. Just try your best.
Bab III Alvi menuliskan bagaimana orang-orang yang selalu insecure karena merasa tertinggal jauh akan kesuksesan teman-temanya. Disini Alvi menuliskan bahwa tidak semua hal bia dibandingkan, termasuk proses hidup seseorang. Jalan menuju suksesnya seseorang pastinya berbeda dengan orang lainnya. Jangan pernah menyamakan prosesmu dengan orang lain. Jadikan kesuksesan teman itu adalah motivasi awal kita untuk bangkit dan berlari lebih jauh. Banyak bertanya dan ambil banyak ilmu dari keberhasilan teman adalah bekal yang sangat bermanfaat untuk perjalanan kesuksesan kita.
Bab selanjutnya Alvi menulisakan bagaimana orang yang sudah berada pada titik hopeless. Berpikir dirinya sudah berada pada ujung hidupnya sehingga menjadikan kebencian terhadap dirinya sendiri, I hate my self. Banyak orang berpikir bahwa hopeless-nya dirinya ini dikarenakan sudah terlalu banyak dosa, sehingga berpikir negatif pada Allah. Berpikir bahwa karena terlalu banyak dosa sehingga Allah pun enggan mengampuninya, enggan membantunya. Pada Hadits riwayat Imam Thirmidzi “Sebanyak apapun dosa kita. Seluas bumipun dosa kita jika kita bertaubat dan meminta ampunan-Nya, maka sebanyak itu pula pintu taubat dan ampunan-nya diberikan”.
Pada bab terakhir, Alvi menuliskan bagaimana cara kita berbaikan dengan insecurity. Kuncinya harus bersyukur. Bersyukur dengan apapun yang sudah Allah berikan kepada kita. Bersyukur dengan apapun yang Allah gariskan kepada kita. Lebih lanjut, Alvi juga menuliskan bahwa secuil insecurity juga harus ada pada diri manusia agar bisa bergerak maju.
Terakhir,
Keep on trying!
Belajarlah cara bersabar pada saat tidak mampu lagi untuk bersabar.
Temukan hikmah pada saat semua berantakan.
People need this someday, so stay!
Maybe it’s you, yang akan menginspirasi dimasa depan.
Oleh : Fitri Arissia Padillah