Mencetak generasi unggul, yang mengedepankan akhirat tanpa menyampingkan urusan dunia bukanlah hal yang mudah. Tanpa adanya peran serta dukungan yang kuat dari orang tua dan guru, hal tersebut akan menjadi tantangan tersendiri untuk mencetak generasi yang unggul tersebut. Kerjasama yang baik dan perhatian lebih terhadap generasi yang ada adalah prioritas untuk mendapatkan generasi emas yang unggul dengan memiliki tiga hal pokok yang sangat diharapkan yakni cerdas, berkarakter, dan mandiri.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Ungkapan ini menggambarkan betapa sangat dominannya peran orang tua dalam membentuk karakter anak. Keluarga adalah faktor utama pembentuk karakter anak sebab orang tua adalah guru pertama yang akan mengajarkan nilai-nilai terhadap anak. Seperti nilai religi, norma, tata krama, sopan santun serta nilai kepatuhan.
Keluarga yang baik akan membentuk anak menjadi baik, begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan anak usia dini, praremaja dan remaja dan cenderung meniru, belum berpikir rasional untuk menimbang baik maupun buruk. Mereka masih mencari figur panutan dan figur panutan terbaik bagi anak adalah orang tua. Untuk membentuk karakter tersebut memerlukan waktu yang tidak singkat selama proses tumbuh kembang si anak. Terutama melalui tangan-tangan lembut para orang tua.
Kedekatan emosi antara anak dan orang tua lah yang menjadi faktor keberhasilan pendidikan karakter dalam keluarga. Dan bagaimana orang tua mampu mengimplementasikan apa yang diajarkan kepada anak juga menjadi celah keberhasilan tersebut. Anak cenderung meniru, dengan memberi contoh yang baik maka diharapkan orang tua bisa menjadi figur idola dan panutan bagi putra-putrinya.
Generasi muda di masa yang akan datang adalah anak didik atau siswa yang duduk di bangku sekolah sekarang. Di tangan mereka, perjuangan bangsa ini akan diteruskan pada masanya nanti. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru tak kalah pentingnya dengan peran orang tua dalam mencetak generasi yang unggul. Guru yang berkualitas mutlak diperlukan untuk mencapai kemajuan pendidikan yang bermutu, hingga akhirnya mampu mencetak generasi muda yang menjadi harapan bangsa ini.
Dalam hal ini, mengemban amanah untuk mencerdaskan generasi harapan bangsa, sesungguhnya merupakan sebuah perjuangan besar bagi pendidik di zaman sekarang. Sebab, guru tak hanya menyampaikan materi pelajaran untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam setiap mata pelajaran. Guru turut pula berperan menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam keseharian siswa, agar berakhlak mulia, yang dimulai dari berbagai kegiatan yang berlangsung di sekolah.
Siswa tak cukup berbekal ilmu pengetahuan untuk menghadapi kerasnya persaingan global. Dengan mengajarkan ilmu agama juga menjadi indikator penting sebagai tolok ukur tingkah laku setiap individu agar tidak menyimpang dari norma. Ilmu agama inilah yang akan menuntun anak-anak agar memiliki karakter mulia. Karakter mulia inilah yang akan menjadi pencetus sikap mandiri, sebab agama tidak mengajarkan manusia untuk mengemis, namun seperti para Nabi yang bekerja mencari nafkah dari berdagang, menggembala ternak maupun sebagai tukang kayu.
Sebuah harapan ada di pundak pendidik zaman ini. Dengan menunjukkan jati diri sebagai guru profesional yang berkarakter dan mampu memadukan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, serta memiliki rasa peduli terhadap kemajuan pendidikan negeri ini. Agar mendorong munculnya generasi cerdas dan berkarakter yaitu anak-anak bangsa yang cerdas dari segi intelektualitas, unggul, dan terampil di bidang keahlian masing-masing. Yang paling penting memperlihatkan karakter dalam kehidupan.
Untuk itu, pentingnya sinergitas antara orang tua dan guru sangat diharapkan guna mencetak generasi yang unggul yakni generasi yang mempunyai modal hebat dari segi kecerdasan, keterampilan, kemandirian serta akhlak mulia dalam berbagai aspek kehidupan yang dijalani.
Oleh : Feni Ilma Hidayati, S.Pd