Alangkah sempitnya akal seseorang sehingga ia tidak bisa memahami adanya hikmat dan rahmat karunia Allah dalam segala hal. Allah dengan segala kuasanya menciptakan apapun yang ada di semesta ini bukan tanpa alasan. Tertulis dalam kalamullah Qs. An Naba (6-16).
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?, dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan, dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan, dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh, dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari), dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, dan kebun-kebun yang lebat?”
Sayang sekali ketika kita tahu ternyata tidak semua manusia mampu membaca kalimat-kalimat tersirat di balik penciptaan Allah yang luar biasa ini. Ketika daun yang terjatuh pun sudah Allah tentukan kapan waktu dan sebabnya. Bagaimana dengan kita sebagai manusia. Waktu yang kita habiskan untuk skenario yang kita rencanakan, di balik skenario yang sudah pasti Allah kehendaki. Pada akhirnya apapun yang kita rencanakan, ketika Allah membolehkan itu terjadi bisa saja Ia tidak meridhoi.
Hari bergulir pelan namun pasti, hari berganti namun kita belum tahu kemana arah langkah ini, menuntut kita untuk terus tumbuh dewasa, berkembang dan menemukan jati diri.
Sadarkah kita, semenjak lahir banyak sekali yang sudah Allah pertemukan dan mengambil peran dalam kehidupan kita, orang tua misal, sebut saja merekalah “manusia pertama” yang andil dalam hidup kita. Berlaku sesuai perannya dalam mendidik, membimbing, merawat, mengarahkan kita “menjadi manusia” yang akhirnya berperan juga di kehidupan ini. Lalu dihadirkanlah oleh Allah seorang kerabat, saudara, teman, guru, dan manusia-manusia lainnya.
Satu hal yang perlu kita sadari, titik tengah dari semua ini adalah mereka akan mengajarkan suatu hal kepada kita tentang makna kehidupan, dan secara langsung atau tidak mereka pulalah yang mampu menemukan siapa jati diri kita.
Awalnya membahagiakan, mulai mengenal, hingga muncullah pertikaian, datanglah ego yang mengikis, memisahkan dan menjarakkan diri kita dari mereka. Titik itulah dimana Allah menyaring satu per satu manusia di seputaran kita. Ketika perannya hadir untuk membahagiakan bisa juga hadir untuk menyedihkan bukan?
Jika hadirnya dimandatkan untuk memberi kebahagiaan. Darinya kita memaknai hidup memastikan kembali bahwa hidup kita berarti. Allah mengajarkan arti sebuah kasih sayang tanpa disadari.
Namun, jika hadirnya untuk kedukaan, bukalah mata hati kita dimana Allah sedang mengajarkan suatu hal; ikhlas dan ridho. Ingat, selalu ada kebaikan. Takdirnya adalah yang terbaik, walaupun saat itu juga kamu merasakan momen yang sangat menyakitkan. Kado terindah tidak selalu dibungkus dengan kemasan yang indah.
Datang dan pergi, mereka punya andil masing-masing.
Datang dan pergi, merupakan suatu hal yang biasa.
Sedih sewajarnya, Allah punya rencana lebih indah dari yang kamu pikirkan. Jangan sekalipun berburuk sangka meski apa yang kamu rasakan itu sebagai kehilangan bukan merupakan keinginan. Sungguh sementara, bukan menatap. Hanya singgah dan memberi pelajaran berharga. Rasa sakit dan kecewa membentur jiwamu lebih kuat.
Skenario harus berjalan, Adegan syuting yang Allah sutradai harus terjadi. Mau tidak mau, suka tidak suka. Ketika pertemuanmu dengan manusia harus berakhir saat itu juga. Berdoalah semoga akhir kisah relasimu merupakan ridhoNya.
Sayangnya kita terlambat sadar begitu penting hadirnya mereka. Ketika ia benar tidak lagi dihadapan kita. Sadar arti hadirnya mereka, ketika kita benar-benar telah kehilangannya.
Allah menginginkan kita untuk mengingat lagi, sejauh mana anugerah yang Allah berikan. Pertemuan dan perpisahan, kelahiran dan kematian, Allah yang pertemukan, ia juga yang mengambilnya. Jika tidak merasa kehilangan kita tidak bisa mensyukuri kehadirannya, bahkan kehadiran manusia lain.
Jangan keluhkan mereka yang ada denganmu saat ini, syukuri, hargai, rawat, dan pupuk mereka dengan kecintaanNya. Jagalah ukhuwah yang ada saat ini, binalah mereka, jagalah ikatan itu agar selalu ingat kepada Allah Swt.
Oleh : Aji Gunawan