Pernahkah kita melihat cinta seorang guru yang setiap saat dan setiap waktu memikirkan perkembangan muridnya? Seorang guru yang mencintai muridnya sama seperti cintanya kepada anak kandungnya sendiri?
Rasulullah SAW adalah tokoh yang memiliki banyak peran. Beliau adalah seorang pemimpin umat, komandan dan panglima perang, seorang presiden dan hakim yang bijaksana, serta berbagai macam peran beliau yang lainnya. Akan tetapi dari sekian banyak peran, peran yang paling utama adalah peran beliau menjadi seorang pendidik atau guru.
Seperti firman Allah didalam Al Qur’an : “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membaca ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Qs. Al Jumuah [62]:2) “.
Begitu juga dengan firman Allah yang pertama kali turun kepada nabi Muhammad adalah surat Al Alaq ayat 1-5 : “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Qs. Al Alaq ayat 1-5). Ayat ini menegaskan bahwa Islam adalah agama yang dibangun untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan, menuju cahaya ilmu dan pengetahun.
Sebuah ilmu dan pengetahuan yang disampaikan oleh guru yang luar biasa akan menghasilkan murid-murid yang luar biasa pula. Rasulullah bersabda : “Allah tidak mengutusku sebagai orang yang kaku dan keras, akan tetapi mengutusku sebagai seorang pendidik dan mempermudah”. (HR.Muslim No 2703). Rasulullah SAW mengajarkan agar seorang guru mendidik dengan cara yang lemah lembut, luwes dan tidak keras. “Berikanlah berita gembira dan jangan membuat orang lari, permudahlah orang lain jangan engkau persulit”. (HR. Bukhari Muslim)
Dari beberapa ayat dan hadist diatas, kita ketahui bahwa Rasulullah adalah guru terbaik, yang selalu memikirkan serta mencintai murid-murid dan seluruh umatnya. Begitulah dimana ketika aliran darah itu berhenti, maka berhenti pulalah kehidupan pendidikan.
Oleh : Ika Novita Sari, S.TP