Setiap orang tua tentu ingin menjadikan anaknya yang terbaik, dalam bidang apapun. Dalam bidang akademis misalnya. Alih – alih mengajak dan memotivasi anak untuk belajar dan mendampinginya belajar, banyak yang lebih memilih solusi praktis, seperti memasukkan ke lembaga bimbingan belajar. Apakah salah? Tidak. Hanya saja keputusan memasukkan anak ke lembaga belajar terkadang menjadikan orang tua ‘terlena’. Sehingga perhatian dan motivasi yang seharusnya didapat anak menjadi berkurang, bahkan kadang hilang.
Dalam contoh yang lain, banyak orang tua menginginkan anaknya untuk terbiasa dengan pola makan yang sehat. Yang terjadi, kebanyakan orang tua, terutama kaum ibu, lebih memilih cara ‘ekstrim’ seperti memaksa, bahkan sampai ‘mengancam’ atau menakuti anak untuk makan sayur, buah, atau makanan sehat lainnya. Padahal, anak adalah peniru ulung. Mereka mengerjakan apa yang mereka lihat.
Pada contoh anak yang dimasukkan ke lembaga bimbingan belajar, orang tua tidak serta merta menjadi salah. Yang salah adalah ketika orang tua justru mengabaikan anak dengan tidak mendampinginya lagi ketika di rumah, atau juga tidak memberi contoh sederhana yang menunjukkan bahwa kita para orang tua juga masih ‘belajar’, dengan membaca buku di rumah bersama anak misalnya.
Selain itu, yang sering kali dilupakan adalah mengapresiasi capaian anak, sekecil apapun itu. Bahkan jika anak gagal, selalu ada titik positif yang bisa digunakan untuk membangkitkan semangatnya lagi. Alih – alih memuji, orang tua bahkan kadang lebih banyak menuntut anak untuk memenuhi ekspektasinya. Sehingga kelelahan anak dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan justru bertumpuk menjadi emosi yang tidak sanggup mereka selesaikan dan sewaktu-waktu dapat meledak yang malah akan membuat anak kehilangan motivasi belajar.
Bagaimana dengan konsumsi makanan sehat? 11 – 12 saja dengan uraian di atas. Sebelum kita memaksa anak untuk makan makanan sehat, kita perlu membiasakan diri untuk rutin mengkonsumsi makanan sehat yang dimaksud. Selain itu, kita perlu menerapkan cara makan dengan benar dan contohkan hal tersebut langsung di depan anak. Hal ini bisa menjadi motivasi dan membangun pemahaman yang lebih baik pada anak, karena mereka adalah apa yang orang tua contohkan.
Oleh : Eka Jana Walianingsih, S.TP.