Sebagai calon orang tua, kita punya kesempatan untuk mempersiapkan kebiasaan kita kepada calon anak-anak dan istri kita sehingga bisa memiliki kebiasaan yang membantu urusan rumah tangga ketika kita sudah berkeluarga kelak. Hidup di zaman sekarang artinya tak jarang ada orang tua yang mengeluh anaknya kecanduan gadget.
Baik itu televisi, telepon genggam, sampai tablet, bahkan kitapun sebagai generasi 90-an yang berusia 20 – 25 tahun pun kerap sebagai pecandu teknologi, kita sangat lekat dengan gadget, langsung merespon jika ada bunyi notifikasi di gadget, menerima dan segera membalas notifikasi, dan eksis memperbaharui laman media sosial kita.
Lailatul Widayati S.H. salah satu aktivis pendidik di Sekolah Mutiara Bali berkata bahwa “Anak-anak belajar dari contoh yang diberikan orang di sekitarnya, bahkan cenderung meniru perilaku guru dan orang tuanya”. Jika orang di sekitar rajin mengisi ruhiahnya, memegang Al-quran setiap saat, maka anak-anak akan sedikit demi sedikit mengikuti kebiasaan kita membaca al-quran dari pada asik memegang gadget. Kita mungkin tanpa sadar sibuk chatting atau membaca-baca gadget saat sedang menemani adik, anak didik bahkan anak-anak kita.
Sepulang dari sekolah tentunya saat ini tidak jarang anak TK, bahkan SD tidak langsung berganti baju atau meminta disiapkan makan. Malah ia sibuk mencari-cari smartphone miliknya dan perhatiannya teralihkan dengan bermain game. Seringkali saya merasa prihatin dengan sikap anak-anak zaman sekarang, meski sudah diingatkan untuk segera beranjak dari kegiatannya bermain smartphone, namun sayangnya hal ini jarang digubris.
Inilah setidaknya kasus yang terjadi saat ini. Hal ini tentu saja menggambarkan dengan jelas betapa teknologi yang semakin canggih membawa pengaruh yang besar pada diri manusia, termasuk anak-anak.
Sungguh sebuah kenyataan yang memilukan, manakala dahulu kehidupan anak-anak dihiasi dengan keceriaan bermain di taman dan bersenda gurau bersama dengan teman-temannya yang lain, hal serupa justru tidak terjadi saat ini. Kehidupan bermain anak-anak seolah lenyap ditelan zaman dan membuat internet menjadi kehidupan baru untuk mereka.
Punya anak di zaman sekarang ini tantangannya sama sekali tidak sederhana. Tak bisa dipungkiri, era 90-an sudah lewat dan anak-anak generasi sesudah kita tidak bisa hanya bermain dengan tanah dan lumpur. Mereka lebih akrab dengan dunia gadget, informasi, media sosial, dan fasilitas lain yang memanjakan hidup.
Sebagai calon orang tua yang belum memiliki anak, hendaknya memepersiapkan kebiasaan kita sedari masih sendiri agar kebiasaan buruk kita tidak terjadi ketika knanti sudah berkeluarga kelak. Dimulailah mengurangi konsumsi gadget pada diri kita sendiri, Coba mengurangi dari yang biasanya 15 jam sehari, menjadi 12 jam sehari selama satu minggu, kurangi lagi menjadi 4 jam di minggu berikutnya, demikian seterusnya.
Memang tidak mudah, karena saat ini kita memerlukan gadget untuk berkomunikasi dengan tempat kerja, dengan organisasi, dengan komunitas, namun kita bisa berusaha mengurangi konsumsi gadget dengan kegiatan lainnya, seperti mengaji, membaca buku atau dengan mengobrol dengan keluarga di sekitar kita. Sebaiknya menggunakan perangkat gadget saat kita jauh dari anak-anak, ketika anak sudah tidur, saat anak di sekolah, atau sebelum anak terbangun.
Nyatanya beberapa orang yang saya lihat di masjid langsung mengecek ponsel begitu duduk di masjid dan sibuk menggunakan ponsel hingga suara iqomah berkumandang bahkan beberapa orang juga langsung mengecek gadget setelah selesai salam. Tidak sedikit orang-orang yang berkomunikasi dengan jamaah sekitar jika memang tidak mengenal.
Calon orang tua cerdas pasti mampu mengatur waktu dan prioritasnya dengan baik. Sama halnya dalam perihal menggunakan gadget. Tidak ada larangan untuk menggunakannya. Namun, kembali lagi kita harus mengingat bahwa kita ini makhluk yang ber-Tuhan dan juga makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Jangan melupakan hal-hal nyata dalam hidup kita. Karena mungkin saja saat kita sadar, kita sudah lama kehilangan moment-moment berharga di kehidupan ini karena terlalu asyik dengan gadget. Sehingga sama halnya dengan sebuah pisau, jika kita mampu mengendalikannya, maka pisau dapat bermanfaat serta memudahkan pekerjaan kita. Namun, salah mengolah, maka kitalah yang akan terbunuh dalam penyesalan karena pisau itu.
Sekarang, mari kita berpikir ulang. Apakah kita sudah mampu menggunakan gadget dengan sewajarnya? Sudahkah kita memiliki waktu produktif selain asyik bersama gadget? Gadget boleh, tapi ibadah dan sosialnya jangan dilupakan. Mari kita sama-sama saling mengingatkan. Ingat, waktumu adalah pedangmu.
Oleh : Ginanjar Rifai