Identitas Buku
- Judul : Bahagia Mendidik, Mendidik Bahagia
- Penulis : Ida S. Widayanti
- Penerbit : PT Arga Tilanta
- Cetakan/Tahun Terbit : 9/2020
- Terdiri dari : 3 Bab (Masing-masing bab berisi 13-14 judul cerita)
- Harga buku : Rp 75.000,00
- Tebal buku : 171 halaman
Ikhtisar Buku
Dalam buku ini terdapat 3 Bab yang terdiri dari :
- Pada bab 1 buku ini terhimpun kisah-kisah yang menunjukkan betapa kata-kata, bahasa, atau komunikasi sangat berpengaruh dalam mendidik anak yang mampu mengantarkan seorang pada kegagalan atau kesuksesan.
- Kenangan mengesankan ) Seprei
- Disiram, maka berbunga ) Keteladanan
- Cinta seorang ayah 10) Ibu kecil
- Ungkapan positif 11) Sel Otak yang berguguran
- Kata-kata indah 12) Pemberontak
- Bertanya bagi anak-anak 13) Memaafkan
- Kisah sang kodok
- Pada bab 2 buku ini terhimpun kisah-kisah yang menunjukkan pembiasaan positif harus dilakukan sejak dini. Pendidikan dan pengasuhan di awal kehidupan anak sangatlah penting. Berbicara tentang Pendidikan karakter, haruslah di mulai sejak dini dengan pembiasaan positif dan dilakukan secara simultan baik di sekolah maupun di rumah.
- Gagak yang bangun paling pagi 8) Masa Nifas
- Pohon kebaikan 9) SeekorZebra
- Membangun kejujuran 10) Tanggung jawab seorang anak
- Mengasah jiwa 11) Menanamkan tekad
- Gelap 12) Anak percaya orang tua
- Insting mengekspolorasi 13) Flowers are red
- Klasifikasi dalam kehidupan 14) Berbagi sejak dini
- Pada bab 3 buku ini terdapat beberapa kisah bahwa banyak cara yang dilakukan saat kita dihadapkan pada permasalahan-permasalahan mendidik anak.
- Buku penyembuh 8) Guncangan
- Anak tiri 9) Ibu yang cemas
- Yang mengisi ruang hati 10) Membaca kehendaknya
- Berpikir positif 11) Anak dan rokok
- Mengapa surga di telapak kaki ibu? 12) Godaan makanan
- Merangsang pikiran 13) Berjuang untuk Bahagia
- Learning by doing
Pada kesempatan kali ini, saya akan mengulas beberapa kisah yang menurut saya ceritanya inspiratif dan penuh makna.
- Kisah pertama dengan judul Disiram, Maka akan Berbunga
Seorang anak laki-laki pulang dari sekolah dengan wajah muram. Sang ibu menyambutnya dengan senyum lembut dan sapaan hangat. Sang anak berkata bahwa di sekolah dia sering di olok temannya karena tubuhnya pendek. Lalu sang ibu berkata dengan penuh keyakinan “ Kau tak perlu khawatir sayang! Semua itu bukanlah masalah! Percayalah kamu tidak usah jadi orang lain karena kamu sudah sempurna. Setiap manusia dilahirkan unik, kita semua berbeda. Kamu memiliki sesuatu yang indah untuk dibagikan pada dunia. Aku mencintaimu apa adamya “.
Perkataan tersebut mungkin tampak sepele. Namun beberapa tahun kemudian, suatu keajaiban menghampiri kehidupan si anak. Kata-kata sang ibu tak pernah menghilang dalam sanubarinya. Bahkan mendorongnya untuk sukses dengan lagunya yang melegenda berjudul “ Just the why you are “. Kita ini menginspirasi kita bahwa menerima anak apaadanya, memberi keyakinan di saat ragu, meneguhkan di saat goyah, merupakan obat bagi rasa ketidakpercayaan diri seorang anak. Sebuah pepatah mengatakan: Kita tidak menyiram pohon Ketika dia berbunga, akan tetapi kita menyirami pohon maka dia akan berbunga. Dengan kata lain, seorang anak akan sukses setelah orang tua melimpahinya dengan kasih sayang dan dukungan. Bukan Ketika anak sukses, orang tua baru akan memberikan dukungan dan kasih sayang.
- Kisah kedua dengan judul Sel Otak yang Berguguran
Seorang ibu meneliti perkembangan otak bayinya sendiri dengan sebuah alat khusus yang dipasang di kepala bayi. Alat itu kemudian dihubungkan dengan kabel-kabel computer sehingga dia bisa melihat pertumbuhan sel saraf otak anaknya melalui layer monitor. Ketika bayinya bangun, dia lalu memberinya ASI. Ketika sedang menyusui, dia melihat gambar sel-sel saraf sang bayi membentuk rangkaian yang indah. Ketika sedang asyik menyusui, si bayi menendang salah satu kabel. Si ibu kaget dan berkata “ No” karena teriakan ibunya, si bayi kaget. Ketika si ibu melihat gambar sel saraf tadi menggelembung seperti balon, membesar dan pecah. Kemudian terjadi perubahan warna, yang menandai kerusakan dan kematian sel.
Dari peristiwa itu, kita dapat melihat betapa satu teriakan saja bisa menggugurkan sel otak, apalagi dengan kemarahan yang terus menerus. Marah dan bentakan kadang dianggap hal yang biasa, baik di rumah maupun di sekolah. Jika anak melakukan kesalahan, dengan kemarahan orangtua sering berharap bahwa si anak akan lekas mengerti, berubah sikap, dan tak mengulangi lagi perbuatannya. Namun, berdasarkan penyelidikan ilmiah, marah dapat menimbulkan berbagai perubahan pada seluruh anggota tubuh, seperti hati, pembuluh darah, perut, otak dan kelenjar-kelenjar dalam tubuh.
Oleh : Anni Husnaini, S.Pd.