Identitas Buku
- Judul : Ada Cinta di Dada Ayah
- Penulis : Suhadi Fadjaray
- Penerbit : Rahma Media Press (Rahma Press)
- Terdiri dari : 11 Bab
- Tebal buku : 80 Halaman
Ikhtisar Buku
Buku ini ditulis oleh Suhadi Fadjaray, beliau menjalani profesi mulia sebagai seorang suami dan ayah bagi anak-anak tercintanya. Selain itu, juga menjadi pembicara publik, konsultan pendidikan, dan master trainer untuk bidang pendidikan yang berpengalaman dalam pengelolaan pembelajaran kurikulum internasional. Kini beliau juga menekuni aktivitas pengembangan sekolah jaringan melalui Visi Semesta Foundation, salah atu tempat praktiknya dalam dunia training dan consulting. Dalam buku ini beliau menuliskan bahwa predikat paling membanggakan beliau adalah menjadi seorang ayah.
Buku ini berisi kumpulan esai atau artikel penulis. Mengisahkan pengalaman pribadi penulis dalam mendidik anak-anaknya. Namun, dalam satu buku tidak utuh satu kesatuan ceritanya, tiap judul merupakan rangkaian kisah yang berbeda.
Buku ini memberikan referensi inspirasi peran keayahan, namun tentu saja buku ini tidak hanya ditujukan kepada para ayah semata. Tetapi juga kepada para bunda, kakek nenek yang ingin memahami peran keayahan sehingga mampu mendorong peran ayah lebih gagah berani untuk mendedikasi hidupnya sebagai pendamping terindah tumbuh kembang anak-anak tercinta. Agar kelak mereka menjadi generasi penyejuk jiwa yang tangguh secara fisik, intelektual, emosional dan spiritual.
Melalui kisah-kisah dalam buku ini kita akan mendapatkan sejumlah perspektif yang reflektif dan inspirasi dalam hal:
- Prolog:Alhamdulillah, Ayah Tidak di Rumah
- Jika Kau Punya Cinta
- Sebuah Jejak Rasa
- Episode Zero to Hero
- Ramadhan With Love
- Ayah dan Masa Kecilmu
- Musim Pancaroba Remaja
- Serunya Dugem Ramadhan
- Tangan Kasih Sayang
- Epilog: Dendang Doa Terindah
- Sumber Inspirasi
Salah satu kutipan terbaik dalam buku ini menurut saya adalah “Sukses bekerja itu istimewa, sukses menjadi ayah bunda sangat mulia. Namun, menyeimbangkan keduanya tentu bukan perkara sederhana. Keduanya mesti bersanding indah agar tak berbuah petaka.”
Oleh : Anggi Bagaskara