BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI : SENI MENERIMA DIRI APA ADANYA

Identitas buku:

Judul                           : Berdamai dengan Diri Sendiri:

                                     Seni Menerima Diri Apa Adanya

Penulis                        : Mutia Sayekti

Penerbit                       : Psikologi Corner

Cetakan/Tahun Terbit : Pertama/ Yogyakarta, 2018

Terdiri dari                  : 6 Bab dengan 18 Sub Bab

Harga buku                 : 55.000 di Pulau Jawa (70.000 di Luar Pulau Jawa)

Halaman                     : 216 Halaman

 

Ikhtisar buku

Dalam buku ini terdapat 6 bab yang Dimana setiap bab membahas berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada diri sendiri. Mengapa sih diri sendiri? Sebab diri sendiri merupakan musuh terhebat manusia karena terbilang masih sulit untuk dikalahkan

  • Pada bab pertama ini menceritakan bahwa banyak orang yg mempunyai berbagai macam bentuk fisik yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa dan kebanyakan orang hanya menampilkan orang-orang dengan paras yang menarik untuk sebuah iklan misalnya, sedangkan definisi cantik/cakep itu sendiri dibentuk oleh mereka para masyarakat dan mereka pula yang dengan mudah mempercayainya sehingga yang berkulit hitam/coklat, gemuk dan kurus ataupun yang rambut ikal menjadi minder di mata public.

Penjelasan ini sesuai dengan judul sub babnya yaitu “Ketidakpercayaan Diri yang Diskenario”. Kata Pramoedya Ananta Toer, pola pikir ini adalah pemikiran yang tidak adil sejak dalam pikiran. Ketidakpercayaan inilah perlu dibangun yang namanya keyakinan diri dan figuritas, dengan 2 hal tersebut diri kita ini lebih tidak mudah terombang-ambing apalagi di tengah mudahnya informasi yang diperoleh. Dengan keyakinan diri itu diperlukan juga sesuatu yang dapat membuat seseorang itu otentik dan untuk menjadi pribadi yang otentik ada 5 prinsip dasarnya yaitu know yourself, transform your fear, express yourself, be bold, dan celebrate who you are.

  • Pada bab kedua menerangkan bahwa tidak semua segala kegagalan (sesuatu yang buruk) itu disebut sebagai nasib, bisa saja apa yang dirasakan saat ini akibat dari apa yang telah kita lakukan di masa sebelumnya. Padahal bentuk dari kegagalan yang terjadi terus-menerus merupakan sebuah seknario-Nya yang sengaja menguji hambanya untuk melihat seberapa besar keyakinan dan tekad kita dalam berjuang untuk kehidupan kita sendiri. Bahkan karena hal kegagalan ini banyak juga orang masih belum mampu untuk mengalahkan “keakuan” dirinya dan masih ingin terus memperoleh pujian dari orang lain, maka tak heran banyak orang sering remedi dalam ujian “kegagalan” ini. Oleh karena itu, percayalah bahwa kekurangan kita ini sebenarnya sebuah rahmat yang dititipkan oleh Allah SWT, yang mana dijelaskan dalam buku yaitu “lagipula orang – orang hebat tidak tercipta dari segala kenyamanan dan kemudahan hidup. Tapi justru mereka yang sudah biasa terbentur, maka kelak orang – orang itulah yang akan terbentuk. Sebab kualitas daya juangnya berbeda. Mereka yang sudah biasa dihantam kesulitan dan kegagalan pastinya tidak akan mudah terpuruk ketika mendapat kenyataan pahit. Merekapun tidak akan cepat puas ketika sudah mendapat satu keberhasilan”. Dari kutipan tersebut terlihat bahwa kita ini bisa menjadi seseorang yang hebat tidak lepas dari yang namanya kekurangan yang kita miliki seperti contohnya Presiden AS Theodore Rosevelt yang melawan kelemahan dan kekurangannya untuk menjadi pecutan semangat dalam menjalani hidupnya yang sakit – sakitan dengan terus semangat menuntut ilmu hingga mampu menjadi Presiden AS termuda dengan usia 42 tahun. Bahkan Rasulullah pun memperjuangkan kebenaran tidak terlepas dari yang namanya perjuangan yang penuh tantangan. Maka setiap insan itu meiliki peran dan potensinya masing – masing, namun kita sering lupa melihat potensi apa yang kita miliki karena terlalu sibuk dengan potensi – potensi yang diharapkan oleh banyak orang.
  • Bab ketiga ini meminta kita untuk melihat potensi dalam diri kita dengan cara mulai mengenali diri sendiri yang paling pertama, memang untuk mengenali itu tak mudah tetapi Allah telah memberikan kita banyak pintu untuk memilih jalan mana yang akan kita tempuh dan yang cocok untuk diri kita. Bisa saja salah satu hal untuk mengenali diri kita yakni dengan melakukan perubahan diri, walau terlihat sepele tapi kenyataannya itu dapat merubah kita dan mampu mengenali diri kita sendiri. Ada 6 cara yang bisa dilakukan untuk mengenali diri kita yaitu memberikan perhatian pada diri sendiri, mempelajari karakter sendiri kemudian setelah mengetahui karakter sendiri baik kelebihan maupun kekurangan maka kita bisa mulai mengapresiasi kelebihan yang kita miliki tersebut. Setelah itu mulailah untuk menggali kelebihan kita untuk dapat berdamai dengan kekurangan kita dan yang terakhir yaitu siap menerima masukan/feedback daari orang lain. Selanjutnya jika sudah mulai mengenali dan menemukan kelebihan diri sendiri maka mulailah untuk mengalihkan fokus kita dari hal – hal yang negatif yang dapat menjauhkan kita dari kepercayaan dirimu yang sudah terbangun tersebut. Pengalihan fokus inijuga dapat diibaratkan untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita tanpa mengubur potensi yang ada di dalam diri kita dan kalah akan keadaan. Jika sudah mengetahui potensi dan kesukaan atau minat kita maka carilah ruang aktualisasi dengan cara menemukan teman yang sefrekuensi dengan kita dalam beberapa bidang kesamaan yang dimiliki.
  • Di bab keempat ini mengajarkan kita bagaimana sih memandang potensi yang dimiliki oleh orang lain. Pertama yang dibahas yaitu tentang bahwa visi setiap orang itu tidaklah sama (berbeda – beda), yang mana visi sendiri merupakan impian masa depan yang ingin diwujudkan di masa depan dan sudah mempersiapkan juga untuk kegagalan apabila terjadi. Karena visi dan potensi orang itu beda – beda maka itu bukanlah sesuatu yang bisa dibanding – bandingkan sebab yang lebih paham akan kemampuan kita ya diri kita sendiri. Karena hidup ini tidaklah untuk membuktikan apapun kepada siapapun, jadi berjuanglah semaksimal mungkin dalam meraih apa saja yang kita impikan. Upayakan dengan baik segala sesuatu yang sudah kita rancang dalam visi kita. Lalu apakah kita masih perlu iri terhadap pencapaian orang lain? Pasti beberapa dari kita pernah merasa iri akan pencapaian orang lain yang lebih jauh melesat dari kita, karena ada istilah “rumput tetangga lebih hijau daripada rumpt sendiri” hal ini memang benar adanya bagi orang – orang yang tidak bersyukur atas segala yang telah diberikan Allah kepada kita. Karena sesungguhnya Allah itu lebih tau seberapa kemampuan kita untuk menerima atau mengemban sesuatu, sebab semua ketetapan yang terjadi dalam hidup kita sudah ditakar sesuai porsinya masing – masing. Tidak ada yang kurang juga tidak ada yang lebih. Terakhir bahwasanya hidup ini singkat sehingga tidak bisa kita lewati dengan terlalu mengubur diri dalam kesedihan dan rasa frustasi yang berkepanjangan karena terlalu fokus pada kekurangan yang ada.
  • Pada bab kelima ini membahas bahwa kita adalah kita jadi tak perlu untuk berubah menjadi orang lain. Cukup dengan potensi, visi dan misi dan kemampuan kita dapat menjadi orang yang lebih baik versi diri kita sendiri. Sebab kita oleh Allah telah diciptakan berbeda satu sama lain, bukan sebuah kesalah apabila diri kita ini memang berbeda dari yang lainnya. Tak hanya soal kemampuan, fisik maupun rezeki sendiri itu sudah diatur oleh Allah karena setiap kerja keras pasti akan diapreasiasi baik oleh orang mau itu secara materi ataupun immateri. Maka dari itu, seyogyanya kita tidak perlu menjadi orang lain hanya untuk meraih suatu keberhasilan, pencapaian atau pengakuan orang lain. Kita boleh meneladani kebaikan orang lain atau belajar dari pengalaman pahit orang lain, tapi tidak bijak jika semua yang ada dalam diri orang lain itu kita ambil dan telan mentah – mentah untuk diterapkan dalam kehidupan kita. Karenanya kadar masalah dan ujian yang dihadapi setiap orang sudah disesuaikan dengan kemampuan kita oleh Allah, sehingga tak semua keputusan atau tindakan orang lain bisa diadaptasi dipermasalahan kita sebab mereka tidak mengalami apa yang kita alami begitupun sebaliknya. Boleh saja kita meminta saran kepada orang lain tapi kita tak bisa bergantung pada mereka untuk menyelasikan masalah yang kita hadapi, karena kita bukan mesin fotokopi yang harus terus sama mengikuti orang lain. Maka kita perlu memperkuat identitas diri kita dari potensi yang ada sehingga mudah dikenali oleh orang lain tanpna perlu kita menceritakan diri kita sedemikian rupa, karena ada kutipan yang menyatakan bahwa “Work hard until you don’t need to introduce yourself”
  • Bab terakhir ini mengemukakan bahwa pentingnya mendamaikan diri sendiri, dengan cara mulailah mengenali siapa dirimu sebenarnya. Gali dan temukan kekuatan dirimu yang mungkin selama ini sudah kau kubur dalam – dalam. Alihkan fokusmu yang mungkin sebelumnya terlalu meratapi kesedihan menuju kepada eksplorasi kemampuanmu. Beranilah untuk mengambil Keputusan atas pilihan hidupmu. Mulailah untuk tidak terlalu memperdulikan apa kata orang yang terlalu sering mengintervensi kehidupanmu. Hidup ini kita sendiri yang menjalaninya. Jika kita terlalu patuh pada apa kata orang, saat kita jatuh mereka belum tentu mau akan keputusan yang sudah kita ambil sebelumnya. Maka dari itu, belajarlah teguh untuk mempertanggung jawabkan apa yang sudah menjadi pilihan kita. Dengan demikian kuatlah sudah identitas diri yang melekat dalam hidup kita semua.

Oleh: Febryanti Rahmi Putri Abidin, S.Si

Share Yuk ...

Leave a Replay