Sanepo dari Kisah “Pinokio”

Masih ingatkah dengan dongeng Pinokio?

            Iya, Pinokio cerita fiksi karangan Carlo Callodi. Kisah tentang sebuah boneka kayu buatan Kakek Gepeto yang akhirnya berubah menjadi seorang manusia.

            Tapi tunggu dulu,,,.

            Sebelum benar-benar menjadi manusia utuh, Pinokio tetaplah hanya sebuah boneka kayu biasa. Hanya saja dia hidup. Oleh penciptanya, ia dibekali buku-buku pelajaram dan diminta untuk sekolah.

            Bukan tanpa tujuan, melainkan agar ia dapat belajar bagaimana caranya hidup. Namun sayang, ia sedikit “istimewa”. Bukannya belajar tapi justru sering menghabiskan waktunya untuk bermain-main saja, tidak patuh pada penciptanya, hingga akhirnya ia mendapatkan celaka.

            Atas kecerobohannya, atau mungkin lebih tepat apabila disebut sebagai pembangkang karena suka berbohong sampai akhirnya hidungnya panjang. Barulah setelah itu ia minta maaf kepada Kakek Gepeto. Tidak hanya minta maaf, namun dia juga mengungkapkan penyesalannya, berjanji tidak mengulanginya lagi dan minta pertolongan  kepada penciptanya itu agar diberitahu bagaimana caranya menjadi anak yang baik.

            Kakek Gepeto pun memaafkannya dan memberi kesempatan kepada Pinokio agar berubah menjadi lebih baik lagi dan dapat menjadi menusia seutuhnya.

            Lalu apa hubungannya kisah tersebut dengan diri kita sebagai manusia?

            Kisah pinokio tersebut sangat bisa menjadi Sanepo (Perlambang, sindiran halus) untuk kita. Allah SWT  yang telah menciptakan kita sebagai makhluk paling sempurna, yaitu manusia dengan memberikan bekal untuk belajar bagaimana caranya hidup, berupa kitab suci Al-Qur’an yang telah disampaikan oleh Rasulallah SAW lengkap dengan  teladan hidup dari beliau.

            Namun apa yang sering manusia lakukan? Tidak jarang dari beberapa diantara kita membangkang, tidak mengikuti petunjuk dari Allah SWT dan justru bertindak sesuka hati.             Seringkali manusia mendekati apa yang sudah Allah larang dan justru mengabaikan apa yang sudah Allah perintahkan. Tapi begitu mentok, terkena celaka, mendapatkan musibah dan rasa sakit, barulah kita tersadar dan ingat kalau kita punya Allah.

            Bukankah Allah sudah memberi peringatan kepada kita dalam sebuah firman-Nya

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu, bersyukurlah kepadaku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (Q.S Al-Baqarah :152)

            Dari kisah tersebut, sama halnya dengan manusia. Kalau hidup hanya  sekedar hidup, boneka kayu Pinokio  pun juga hidup. Namun dia baru bisa menjadi manusia seutuhnya saat dia sudah bersedia dan mampu belajar bagaimana caranya hidup. Mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Berperilaku sesuai dengan aturan yang ada dan taat kepada penciptanya.

            Jika boneka kayu pun bisa tersadar, bersedia berubah, dan mampu menjadi lebih baik, mengapa kita sebagai manusia tidak? Sedangkan Pencipta kita jauh lebih pemaaf dan pemberi  ampun.

            Semoga dengan kisah ini dapat mengingatkan kita kembali kodrat kita sebagai manusia yang harus selalu taat dan patuh kepada pencipta-Nya.

Oleh : Sri Datuniati, M.,Pd.

Share Yuk ...

Leave a Replay