Judul Buku : Sarinah ( Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia)
Pengarang : Ir. Soekarno (alm.)
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Halaman : 336 halaman
Jumlah Bab : 6 Bab
Penerbit : Yayasan Bung Karno bekerjasama dengan Media Pressindo
Harga : Rp. 90.000,-
Buku ini merupakan kumpulan gagasan dan pemikiran Ir. Soekarno mengenai wanita pada masa sebelum dan sesudah kemerdakaan dipandang.
Dalam proses penulisan buku ini Ir. Soekarno membutuhkan waktu yang cukup lama. Ir. Soekarno sebenarnya sudah lama bermaksud untuk menulis buku ini, namun terhalang oleh kondisi. Setelah memproklamasikan kemerdekaan, Ir. Soekarno berusaha menyegerakan untuk menyelesaikan buku ini.
Penyebab Ir. Soekarno menulis buku ini karena pada saat itu beliau menyoroti soal wanita pada jamannya yang belum dipelajari secara khusus oleh pergerakan di masa itu. Yang mana, buku ini merupakan bentuk keprihatinan beliau terhadap nasib perempuan Indonesia yang dikungkung dan dikekang kebebasannya. Ir. Soekarno menganggap soal wanita itu sangat penting karena itu Mengapa diberi judul “Sarinah”?
Diberi judul “Sarinah” pada buku ini adalah sebagai tanda terima kasih Ir. Soekarno kepada pengasuh yang telah menjaganya ketika masih kanak-kanak. Yaitu, “mbok” Sarinah yang mana telah banyak membantu ibu dari Ir. Soekarno. Dari Sarinah, Ir. Soekarno banyak mendapat rasa cinta dan rasa kasih juga mendapat pelajaran akan pentingnya mencintai “orang kecil”. Menurut Ir. Soekarno, Sarinah sendiripun adalah “orang kecil” akan tetapi budinya selalu besar!
Seperti kutipan dalam buku ini,
“Mereka memuliakan istri mereka, mereka mencintainya sebagai barang yang berharga, mereka pundi-pundikanya sebagai mutiara, tetapi justru sebagaimana orang menyimpan mutiara di dalam kotak, demikian pulalah mereka menyimpan istrinya itu di dalam kurungan atau pingitan”
Pandangan tersebut merupakan realitas kehidupan para istri yang masih banyak dikekang oleh kaum laki-laki. Istri dianggap sebagai barang yang berharga, yang dipuja tetapi hanya disimpan saja. Kaum laki-laki diposisikan ssebagai yang berkuasa yaitu, kepala rumah tangga dan dapat menentukan segala hal. Akan tetapi sebaliknya, wanita hanya sebagai bagian atau pelengkap dari kaum laki-laki. Salah satu pengalaman beliau yang membuktikan bahwa peran dari kaum perempuan di Indonesia masih jauh dari pada kemerdekaannya adalah saat beliau berkunjung ke salah seorang kenalannya. Tuan rumah tersebut berbohong saat ditanya dimana istrinya, ia menjawab bahwa istrinya sedang tidak berada di rumah, walaupun Ir. Soekarno mengetahui bahwa sang istri dari temannya tersebut sedang mengintip di balik tirai. Ir. Soekarno menganggap pengekangan seperti itu adalah bentuk rasa kasih sayang yang sangat salah terhadap istrinya.
Tak hanya mengangkat permasalahan wanita-wanita Indonesia, buku ini juga menceritakan lebih rinci atau mendeskripsikan seorang wanita dari sudut pandang sejarah. Pun, mengangkat perjuangan kaum wanita di daerah timur dan barat. Pergerakan wanita untuk merebut hak-haknya diawali oleh para wanita di Eropa pasca revolusi Perancis dan Inggris. Seperti yang terakhir dijelaskan oleh Ir. Soekarno dalam buku ini ialah ketika pergerakan perempuan telah berubah menjadi suatu gerakan sosialisme, yakni suatu tatanan yang mana dunia baru tercipta dengan kaum perempuan dan kaum laki-laki sama-sama mendapat kebahagiaan, tanpa ada penindasan dan pembodohan diantara keduanya. Bukan hanya sama haknya namun juga kesetaraan dan keseimbangan dalam kehidupan tatanan dunia yang dicita-citakan.
Oleh : Ade Dwi Cahyani, S.H.