Manusia dilengkapi akal untuk berfikir dan diberi tugas untuk menjadi khalifah di bumi. Dengan kesempurnaannya manusia diberikan kelebihan untuk beribadah, bekerja, dan melakukan banyak hal di dunia ini. Banyak sekali manusia yang hidupnya bergelimangan harta, makanan yang berlimpah, dan pekerjaan yang menjanjikan. Kadang orang tak bersyukur atas nikmatnya yang diberi oleh Allah Swt. Tapi, itulah hidup yang membuat orang kehilangan jiwanya, banyak orang menyia-nyiakan hidupnya tanpa mengingat bahwa semua yang didapatkannya adalah karena Rahmat Allah Swt.
Setiap orang mempunyai watak dan jiwa yang berbeda, yang begitu jauh dari Tuhannya berarti hati mereka masih tertutup. Adapun di sisi lain banyak sekali orang yang mencari ridho Allah dengan amalan-amalan yang dianggap bisa dekat dari Allah, tapi mencari ridho dan rahmat Allah Swt bukanlah semudah mencari uang di dunia. Mencari ridho dan rahmat itu harus bersungguh-sungguh dalam melakukannya agar kelak nanti bisa lebih dekat dengan Maha pencipta.
Dalam mencari ridho Allah kita harus bisa bersabar dalam menjalankan amalan-amalan yang diperintahkan, banyak orang yang tak sanggup melakukannya, iman nya selalu tergoda dalam kehidupan duniawi.
Manusia tanpa rahmat akan binasa dan rugi :
قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Nuh berkata, “Ya Rabbku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan (memberi rahmat) kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” [Hud/11:47].
Rahmat Allâh Azza Wa Jalla Ada Dua Macam:
1. Rahmat ‘Âmmah (umum) yang mencakup seluruh makhluk-Nya, termasuk orang-orang kafir sekalipun. Rahmat ini bersifat Jasadiyyah Badaniyyah Dunyawiyyah (rahmat fisik duniawi), seperti pemberian makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain.
2. Rahmat Khashshâh (rahmat khusus) yang bersifat Îmâniyyah Dîniyyah baik di dunia maupun akhirat, dalam bentuk taufik untuk berbuat ketaatan kepada Allâh, kemudahan untuk berbuat baik, diteguhkan keimanannya dan diberi hidayah menuju jalan yang lurus dan dimuliakan dengan masuk ke dalam Surga serta selamat dari Neraka.
Yakinlah bahwa rahmat Allah sangat luas, sering kita menginginkan sesuatu akan tetapi Allah memberikan sesuatu yang lain, itulah rahmat Allah karena Allah lebih tahu apa yang pantas untuk kita.
Untuk itu, bagi manusia yang menghendaki rahmat Allâh Azza wa Jalla dan mengharapkan limpahan dan tambahan rahmat-Nya, maka hendaklah ia menempuh langkah-langkah yang mendatangkan rahmat baginya. Semua faktor itu, kata Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di rahimahullah, terdapat pada firman Allâh Azza wa Jalla,
إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Sesungguhnya rahmat Allâh amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. [Al-A’râf/7:56].
Yaitu, menjalankan ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla dengan baik dan berbuat baik kepada sesama hamba Allâh Azza wa Jalla dan menyayangi semua makhlukNya.
Maka seorang hamba semakin besar ketaatannya kepada Allâh Azza wa Jalla , kian dekat dengan-Nya dalam taqarrub kepada-Nya, maka akan semakin besar bagian rahmat yang ia dapatkan dari Allâh Azza wa Jalla. Adapun pangkal Jauhnya Rahmat Allâh Azza Wa Jalla dari seorang hamba adalah maksiat-maksiat yang dilakukannya.
Mari kita simak istimbath Syaikh As-Sa’di rahimahullah melalui firman Allâh Azza wa Jalla berikut ini:
يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا
Wahai ayahku, janganlah engkau menyembah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu durhaka kepada Rabb Yang Maha Penyayang [Maryam/19:44]
Dalam penyebutan maksiat yang dikaitkan kepada nama Allah ar-Rahman termuat adanya isyarat bahwa maksiat-maksiat itu akan menghalangi seorang hamba dari rahmat Allâh dan menyekat pintu-pintunya, sebagaimana ketaatan merupakan faktor terpenting untuk meraih rahmat-Nya.
Maka dari itu, sebagai manusia kita harus berusaha keras untuk menjaga hati, lisan, fikiran agar hablum minAllah dan hablum minannas kita senantiasa di rahmati dan di ridhoi Allah Swt.
Referensi : Fiqhul Asma,ii Husna Hal. 101-102
Oleh : Lubaiqoh, S.HI.