“Mungkin banyak orang yang bisa berkorban, namun lebih sedikit yang dapat menyertakan keikhlasan”
Iya, ilmu ikhlas itu seperti ilmu sepanjang hayat. Mudah diucap, namun begitu berat diperbuat. Itulah sebabnya perngorbanan Nabi Ismail, keikhlasan Nabi Ibrahim, keteguhan Siti Hajar adalah kisah terindah yang pernah dicatat. Mengajarkan kita untuk menjalani ujian agar selalu dalam koridor taat.
Energi keikhlasan adalah obat termanis untuk membasuh segala lara yang melukai jalan hidup ini. Pelipur terbaik rasa kecewa yang membersamai. Ia adalah lentera yang tak pernah berhenti menerangi gelapnya hati. Ia sumber kekuatan jiwa yang tak pernah lelah memompakan semangat juang mengiring hari.
Maka menjadilah ikhlas karena-Nya. Senantiasa bersyukur akan ketetapan-Nya. Baik itu indah dirasa atau tertatih menjalaninya. Ihklas dengan apa yang hilang, ikhlas dengan apa yang datang. Karena yang terbaiklah yang selalu Ia rencanakan. Dan butuh hati yang lapang untuk memahami kebaikan di penghujung jalan.
Maka, jangan tergesa menghakimi, begitu sedih dengan apa yang pergi. Hilang pun itu milik-Nya, tidak ada yang milik kita sedari awal hakikatnya. Maka berbaik sangkalah dan percaya, bahwa sang khalik menitipkan semua masalah yang harus kita hadapi hanya untuk satu tujuan, agar kita bisa belajar untuk tidak menangis terlalu keras dan tersenyum lebih banyak.
Oleh : Laila Fina Jayanti, S.Pd.