Anggun C. Sasmi mungkin tidak akan pernah menyangka kalau lagunya yang berjudul “La Neige au Sahara” suatu saat akan menjadi kenyataan. Entah bagaimana, berita tentang turunnya salju di pinggiran Gurun Sahara yang saya saksikan beberapa waktu lalu di televisi, mengingatkan saya akan lagu tersebut.
Lain lagi dengan kisah Imam Masjidil Haram yang terkenal dengan suara nyaringnya, Imam As Sudais. Suatu hari ketika hendak menyambut tamu kehormatan, sibuklah orangtua Sudais mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk hidangan istimewa. Ketika itu pulanglah Sudais kecil dari bermainnya dan tanpa sepengetahuan siapapun, ia melanjutkan bermain di ruang tengah yang akan digunakan untuk menyambut tamu. Tidak tanggung-tanggung, hidangan yang telah disediakan bahkan ditaburi pasir olehnya. Ketika ibunya melihat apa yang Sudais lakukan, spontan ibunya terkejut dan berteriak “Keluar kamu! Jadilah Imam Masjidil Haram sana!”
Apa hubungan kedua hal tersebut?
Ada sebuah kaidah yang berbunyi “ucapan adalah doa.” Beberapa kali mungkin pernah kita sadari bahwa apa yang pernah kita ucapkan menjadi kenyataan. Kenyataan yang baik mendatangkan kebahagiaan, sedangkan yang buruk mendatangkan kesedihan juga penyesalan. Permasalahannya adalah sering kita tidak menyadari apa yang paling banyak keluar dari lisan kita. Sebab, apa yang sering kita bicarakan adalah apa yang selama ini direkam oleh alam bawah sadar, sebagai hasil dari proses belajar jangka panjang selama kita hidup sehingga dalam kondisi saat kita tidak menguasai akal seperti marah, takut, sangat bahagia dan sebagainya bisa dijadikan cerminan kualitas kata-kata yang kita miliki.
Mungkin tidak berlebihan juga bahwa Aa’ Gym, dai kondang kenamaan pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid menyebutkan bahwa kita ibarat teko. Teko yang berisi teh akan mengeluarkan teh, sedangkan teko berisi kopi akan mengeluarkan kopi.
Jadi, apa yang akan kita isi dalam “teko” kita?
Oleh : Eka Jana W