Melalui platform sosial media, Allah mengarahkan saya untuk mendengar kebaikanNya melalui beberapa bait puisi yang dibacakan oleh al-ustadz KH. Buya Syakur Yasin, mengisi kajian di salah satu masjid di suatu daerah. Sahabat Sejati merupakan judul sajaknya.
Dari sekian panjangnya puisi, salah satu hal yang menarik dari baitnya adalah,
“Mengubah benci menjadi kasih sayang…”.
Ini merupakan salah satu kunci bahagia dalam hidup kita, tetapi potensi untuk mengubahnya ini merupakan suatu hal yang sangat sulit sekali. Memang perlu proses lama, tapi yakinlah bahwa hal itu bisa kita lakukan.
Misalkan dalam kecepatan berkendara 120
km/jam, lalu kita rem mendadak dengan paksa.
Apa yang akan terjadi? Apakah kita akan langsung berhenti begitu saja?
Tidak, justru kita akan terpelanting jauh dan terjatuh. Seperti itu juga
perumpamaan kita untuk menghentikan arus kebencian kepada seseorang.
Lalu bagaimana, apa bisa kita mengubah kesedihan itu menjadi kegembiraan, mengubah kebencian itu menjadi kasih sayang?
Bisa, berikut kiatnya.
Pertama, mengubah sudut pandang. Hal ini jika bisa kita lakukan maka mampu menurunkan volume kebencian kita terhadap seseorang yang kita benci tersebut. Dari sini, kita akan memberikan permakluman, mungkin saja kita kecewa besar terhadap perlakuannya, tetapi ketika kita coba untuk memaklumi, hingga muncullah kesadaran, dan coba bayangkan jika kondisi kita berada di posisi yang sama seperti mereka. -Apa mungkin kita tidak akan melakukan hal yang sama?
Kedua, mengabaikan. Mulailah untuk mengalihkan perhatian kita, jangan sampai kebencian itu selalu ada di ambang sadar bahwa seseorang telah menyakiti hati kita. Carilah kesibukan lain.
Dan ketiga, ini merupakan kiat yang tertinggi. Yakni, kembalikan kepada Allah. Apapun yang terjadi semata-mata untuk menyenangi Allah, semata-mata mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bahkan ada di dalam Al-Qur’an yang mengajarkan jauh lebih dari itu,
terdapat pada Qs. Ali Imran: 159
Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena
itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Jelas disebutkan dalam arti tersebut, maafkanlah mereka, mohon ampunkan mereka kepada Allah, karena kita telah memaafkannya dan jangan sampai kita terputus tali silaturahim terhadapnya, mulailah untuk membangun komunikasi kembali seolah-olah tidak terjadi apapun.
Memang terasa mudah di lisan, tapi tidak mudah dilakukan. Namun itulah proses untuk menjadi insan yang berjiwa besar.
Terus
belajar dan berproses menjadi manusia yang lebih baik. Sadari bahwa tidak ada
manusia yang luput sedikitpun dari kesalahan, karena kesempurnaan hanya
milikNya. Lakukan beberapa kiat ini jika ingin hidup lebih bahagia dan lebih nyaman,
jika ingin terus sengsara sebab kebencian kita kepada orang lain teruskan saja
dendamnya. Mereka yang membenci orang lain adalah mereka yang membiarkan dirinya
dihisap oleh penyakit yang secara perlahan menggerus tubuhnya.
Semoga
kita istiqomah berupaya berjuang untuk tidak
menyimpan kebencian dan dendam kepada siapapun. MasyaaAllah, la haula wala quwwata ila billah.
Oleh : Aji Gunawan