Jangan Bandingkan Aku, Ayah Bunda

Anak adalah anugerah terindah dari yang Maha Kuasa. Tuhan menganugerahkan mereka semata-mata tidak hanya untuk dititipkan, melainkan untuk mendapatkan bimbingan dan pendidikan yang terbaik dari orang tua dengan dilandasi keimanan serta ketaqwaan sejak mereka dilahirkan.

            Allah menciptakan manusia itu memang tak sama. Semua diciptakan dalam keadan yang terbaik dan sempurna. Dalam Al Quran ditegaskan bahwa manusia tercipta dalam sebaik-baik bentuk dan rupa. Manusia memiliki segudang potensi dan bakat. Potensi dan bakat mereka saling berbeda satu dengan yang lain. Bakat dan potensi tersebut yang akan menjadi bekal mereka dalam menjalani kehidupan di atas muka bumi. 

            “Everything has its beauty, but not everyone sees it ” (Andy Warhol).

            Munif Chatib,  seorang konsultan pendidikan ternama di tanah air memastikan bahwa setiap anak memilki kemampuan seluas samudera. Kemampuan kognitif  yang menghasilkan daya pikir positif. Kemampuan psikomotorik yang menghasilkan karya bermanfaat dan penampilan yang dahsyat, serta kemampuan afektif yang menghasilkan nilai dan karakter yang manusiawi sesuai fitrahnya.

            Bagi  orang tua (juga para guru) menggali bakat dan potensi anak menjadi problem tersendiri. Bagaimana cara menemukan bakat atau potensi sang anak? Anak berbakat pada umumnya diketahui karena keadaan tertentu:

            Pertama, menurut Dra. Clara Kriswanto, MA, CPBC, psikolog dari Jagadnita Consulting, anak-anak yang berbakat umumnya lebih cepat menguasai bidang tertentu dibanding anak lain, tanpa mengeluarkan usaha keras. Contohnya anak yang berbakat menyanyi, akan lebih mudah mengenali not, ketajaman nadanya juga bagus. Anak yang berbakat dalam bidang linguistik atau bahasa, bisa meniru atau menghafal bahasa asing lebih cepat.

            Kedua, Anak yang berbakat mempelajari sesuatu dengan cara berbeda dibanding anak lain. Mereka kerap memecahkan masalah dengan caranya sendiri. Seperti anak yang suka melakukan bongkar pasang sesuatu. Hal itu menunjukkan betapa besar keingintahuannya terhadap sesuatu tersebut.

            Ketiga, anak yang mempunyai bakat biasanya memotivasi diri sendiri untuk mempelajari hal-hal yang sangat disukainya. Anak yang senang bermain piano atau berenang tak hanya berlatih saat gurunya datang. Mereka akan berlatih piano atau berenang tanpa disuruh. Idealnya, bakat yang dimiliki oleh anak sejalan dengan minatnya. Tapi, ada juga hal yang disukai tapi anak tak berbakat. Di sini orang atau guru diuji nalurinya dalam menemukan anak didiknya.

            Jika bakat anak sudah terlihat maka kewajiban orang tua dan guru untuk mengembangkannya lebih jauh. Jangan mengabaikannya begitu saja. Jangan biarkan anak mengasah bakatnya sendiri tanpa bantuan dan bimbingan dari orang tua atau guru.

            Jika diabaikan, tak dikembangkan bakat yang mulai mekar bisa layu kembali. Dan satu lagi, tak semua bakat anak  berjalan beriringan dengan minatnya. Ada anak berbakat tapi tidak berminat dengan bakat yang dimilikinya. Sehingga bakatnya baru optimal berkembang dan menemukan jati diri pada usia yang tak muda lagi. Oleh karena itu, saat orang tua atau guru melihat bakat anak, dorong si anak untuk mencintai, menggelutinya.

            Kemudian apa yang harus dilakukan orang tua atau guru? Orang tua atau guru selayaknya mendampingi anak dalam mengembangkan bakatnya. Membantu mereka memaksimalkan potensi yang terpendam di dalam dirinya.  Mendukung mereka menemukan jati diri dan potensi. Dukungan diberikan tak hanya dalam bentuk materi, dukungan moril juga penting. Misalnya dengan memberi pujian atau hadiah atas apa yang dilakukan anak. Bentuk dukungan juga bisa diberikan dengan tidak membanding-bandingkan anak dengan saudara atau temannya, apalagi sampai mendapat label negatif.

Oleh : Lubaiqoh, S.HI.

Share Yuk ...

Leave a Replay