Ada sebuah kisah yang sangat berkesan dalam pikiran saya. Kisah sederhana yang mungkin saja tidak pernah terjadi, tapi mendalam maknanya, dan mungkin juga sudah pernah ada yang tahu. Tapi tak apa, saya hendak flashback sedikit supaya bisa terus kita amalkan nilainya.
Alkisah, seekor monyet sedang bersantai di sebuah dahan pohon besar, sembari menikmati cerahnya suasana siang hari. Ia tidak sadar bahwa ia sedang diintip oleh 3 buah angin yang sedang membicarakannya. Angin topan, angin bahorok, dan si kecil angin sepoi. Mereka hendak membuktikan siapa di antara mereka yang bisa menjatuhkan si monyet dari dahan pohon tersebut.
Angin topan berkata sombong, “Huh! Itu pekerjaan kecil! Aku bisa menjatuhkannya dalam hitungan detik!” Ia mendekati si monyet dan mulai meniupkan angin topan ke monyet tersebut. Wush..! Wush..! Wush..! Bukannya jatuh, si monyet malah justru berpegangan erat pada dahan pohon tersebut. Semakin kencang angin topan meniupkan anginnya, semakin kuat pegangan si monyet.
Akhirnya, si angin topan menyerah dan kembali ke teman – temannya tadi. “Haha kamu gagal! Kali ini giliranku! Aku pasti bisa menjatuhkannya!” Angin bahorok berkata tidak kalah congkak. Fwuushhh! Fwuusshhh! Fwuussshhh! Angin bahorok mencoba menjatuhkan si monyet dengan meniupkan angin bahorok paling kencang yang dia mampu. Sama seperti tadi, si monyet tidak hanya mengencangkan pegangannya, tapi juga bahkan memeluk dahan pohon tersebut. Setelah mencoba beberapa waktu, akhirnya angin bahorok berhenti dan kembali ke teman-temannya. “Aku gagal!” katanya. “Baiklah, sekarang giliranku,” kata angin sepoi tiba-tiba. “Hah? Kamu? Memangnya kamu bisa? Kami saja yang kuat tidak mampu, apalagi kamu! Hahaha!” Dua temannya meledeknya, namun si angin sepoi tidak menjawab. Ia mendekati si monyet dan mulai menghembuskan anginnya perlahan. Pssshh.. pssshh.. pssshh.. Si monyet perlahan mulai terlena. Matanya hampir terpejam, dan pegangannya mulai mengendur. Angin sepoi tidak berhenti dan masih terus berusaha. Akhirnya… Bruuggghh! Si monyet jatuh dari pohon.
Demikianlah, kisah seekor monyet yang gigih saat dihadapkan pada angin topan dan bahkan angin bahorok, namun terlena bahkan sampai terjatuh saat tertiup angin sepoi yang kecil saja.
Salah satu pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah tersebut yakni terkadang kita sebagai manusia menjadi tegar dan kuat saat dihadapkan pada masalah-masalah yang pelik. Kita begitu mawas diri sehingga usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut membuat kita melakukan lebih banyak kebaikan. Memperbanyak doa, ibadah, dan bertawakkal menjadi sangat nikmat saat itu.
Namun, ketika kita dihadapkan dengan ujian berupa kenikmatan, seringnya kita menjadi kufur. Kebutuhan-kebutuhan hidup yang cukup, bahkan berlebih; kemudahan-kemudahan yang didapatkan, ataupun nikmat lain yang diberikan seringkali menjadikan kita justru lalai dari hal-hal yang bahkan diwajibkan. Nikmat sehat yang diberikan kadang membuat kita begitu bersemangat dalam bekerja hingga membuat sholat terlewat. Waktu luang yang dimiliki kadang membuat ia hanya terisi dengan orientasi mencari hiburan sehingga banyak waktu luang yang terbuang sia-sia.
Barangkali bisa kita renungkan pula kisah Nabi Sulaiman as. yang terlalaikan sholatnya sebab mengurus kuda-kuda peliharaannya. Hingga akhirnya Nabi Sulaiman membunuh kuda -kuda tersebut dan Allah justru menggantikannya dengan pengganti yang lebih baik (QS Shad: 30 – 33). Semoga kisah tersebut bisa menjadi pelajaran buat kita semua.
Oleh: Eka Jana Walianingsih