ANIMAL FARM

Identitas Buku

  • Judul Buku                  : Animal Farm
  • Penulis                        : George Orwell
  • Penerjemah                 : Prof. Bakdi Soemanto
  • Penerbit                      : Bentang
  • Tahun Terbit               : 2015
  • Jumlah Halaman         : 144 halaman

Ikhtisar Buku

Novel Animal Farm yang ditulis oleh George Orwell ini merupakan alegori politik pada masa Perang Dunia II sebagai satire atas totalitarisme Uni Soviet. Cerita dalam novel ini dimulai ketika pada suatu malam di Peternakan Manor milik Pak Jones, ada seekor babi tua bernama Major, si babi tua tersebut mengumpulkan para binatang untuk menceritakan mimpinya. Sebelum menyampaikan mimpinya kepada para binatang yang menghadiri pertemuan, ia bercerita mengenai perenungannya tentang sifat kehidupan binatang. Perihal hidup mereka yang supersengsara dan penuh perbudakan. Mereka hanya diberi makan untuk menjaga napas mereka, lalu dipaksa kerja keras dan ketika tidak berguna – mereka disembelih dengan cara yang keji.

Hal ini membuat Major merasa perlu untuk menyadarkan para binatang di peternakan. Ia menyampaikan dengan lugas bahwa semua kejahatan dalam hidup binatang muncul dari tirani manusia. Maka cukup dengan menumbangkan kekuasaan manusia, hasil kerja akan menjadi milik binatang. Pun dia mengatakan, agar bisa meraih hal tersebut – maka diperlukan pemberontakan.

Tiga malam kemudian, Major meninggal dengan tenang pada saat tidur. Sepeninggalnya, para binatang mulai mengorganisir diri dengan dipimpin oleh dua ekor babi cerdas bernama Snowball dan Napoleon. Selain itu, ada juga babi lain bernama Squealer, dia dikenal sebagai pembicara cerdas.

Singkat cerita, Akhirnya, peternakan diambil alih oleh para binatang. Peternakan tersebut diubah dari “Peternakan Manor” menjadi “Peternakan Binatang”. Lalu mereka memprasastikan 7 prinsip di dinding yang mereka namai Tujuh Perintah. Tujuh perintah tersebut berisi; apapun yang berjalan dengan dua kaki adalah musuh, apapun yang berjalan dengan empat kaki dan bersayap adalah teman, tak seekor binatang pun boleh mengenakan pakaian, tidur di ranjang, minum alkohol, membunuh binatang lain dan semua binatang setara. Tujuh perintah tersebut mereka jadikan undang-undang dalam kehidupan mereka. Setelah itu, para binatang melakukan aktivitas kolektif mengelola peternakan untuk kebutuhan hidup bersama.

Akan tetapi, hal tersebut tidak berlangsung lama. Para babi mulai melenceng dari prinsip tersebut. Mereka mengistimewakan diri mereka dari binatang yang lain. Mereka mengingkari janji mereka akan kesetaraan semua binatang. Mereka tidur di kasur, minum susu, dan makan telur dengan kedok sebagai kompensasi atas pekerjaan memimpin peternakan yang berat.

Kemudian dualisme kepemimpinan Snowball dan Napoleon mulai mengalami benturan. Masing-masing kubu saling berusaha menyingkirkan. Hingga akhirnya, dengan strategi yang terencana dan politik adu domba, Napoleon berhasil menyingkirkan Snowball dan menjadi pemimpin peternakan.

Selama kepemimpinannya, Napoleon menjadi pemimpin yang tidak bisa dibantah dan selalu benar. Semua prinsip dalam Tujuh Perintah dimanipulasi. Dia berteman dengan manusia, memusuhi, dan membunuh binatang yang lain, mengenakan pakaian dan tidur di ranjang, meminum alkohol dan tidak ada kesetaraan. Bahkan dia berjalan dengan dua kaki meniru manusia dan mengubah motto “Kaki empat baik, kaki dua jahat” menjadi “Kaki empat baik, kaki dua lebih baik”.

Novel ini diterbitkan tahun 1945, dan saya rasa masih sangat relevan dengan keadaan saat ini. Saya merekomendasi novel ini, untuk menambah wawasan kita tentang politik taktis.

Oleh : Melasia Agustina, S.E.

Share Yuk ...

Leave a Replay